jf.id – Starlink, proyek ambisius Elon Musk untuk menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi dari luar angkasa, telah meluncurkan ribuan satelit ke orbit. Starlink menawarkan akses internet yang cepat, murah, dan stabil di seluruh dunia, bahkan di daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur darat. Starlink juga telah membantu Ukraina yang sedang menghadapi ancaman invasi dari Rusia dengan menyediakan akses internet alternatif.
Namun, keberadaan Starlink juga menimbulkan tantangan bagi industri telekomunikasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Emiten telekomunikasi di Indonesia yang telah berinvestasi besar-besaran untuk membangun dan memelihara jaringan komunikasi dan data, kini harus bersaing dengan Starlink yang memiliki keunggulan teknologi dan biaya. Apalagi, Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki jumlah penduduk yang besar, sehingga menjadi pasar potensial bagi Starlink.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 19 emiten telekomunikasi yang terdaftar di bursa saham nasional. Beberapa di antaranya adalah Telkom Indonesia (TLKM), XL Axiata (EXCL), Indosat Ooredoo (ISAT), Smartfren Telecom (FREN), dan Link Net (LINK). Emiten-emiten ini memiliki berbagai layanan, mulai dari telepon seluler, internet rumah tangga, internet korporasi, hingga penyewaan menara telekomunikasi.
Bagaimana nasib emiten telekomunikasi ini jika Starlink masuk ke Indonesia? Menurut analis saham InvestBro, Melvern Pradana, saham telekomunikasi terbaik di Indonesia adalah TLKM. Alasannya adalah karena TLKM memiliki ukuran perusahaan yang besar, merajai sektor komunikasi, didukung oleh negara, serta kemungkinan pailit yang sangat rendah. TLKM juga telah melakukan investasi strategis ke perusahaan digital seperti Gojek-Tokopedia (Goto) dan Telkom Klop! untuk meningkatkan pendapatan dari fintech dan digital marketing.
Sementara itu, emiten telekomunikasi lainnya harus beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi persaingan dengan Starlink. EXCL, misalnya, mengalami penurunan jumlah pelanggan sebanyak 1,9 juta pada kuartal pertama 2021. EXCL harus meningkatkan kualitas layanan dan menawarkan paket data yang lebih menarik untuk mempertahankan pelanggan. ISAT juga harus memperbaiki kinerja keuangan yang masih merugi pada kuartal pertama 2021. ISAT harus mengoptimalkan penggunaan aset dan mengurangi biaya operasional untuk mencapai laba bersih.
Selain itu, emiten telekomunikasi juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam menjalankan bisnisnya. Starlink dikritik oleh banyak pihak karena menimbulkan polusi cahaya dan sampah ruang angkasa. Starlink juga diklaim dapat mengganggu pengamatan astronomi dan navigasi satelit. Emiten telekomunikasi harus menjaga reputasi mereka sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dengan demikian, Starlink Elon Musk meluncur menjadi ancaman sekaligus peluang bagi emiten telekomunikasi di Indonesia. Emiten telekomunikasi harus mampu bersaing dengan Starlink dengan cara meningkatkan kualitas layanan, menawarkan harga yang kompetitif, melakukan diversifikasi bisnis, dan menjaga aspek lingkungan dan sosial. Dengan begitu, emiten telekomunikasi dapat bertahan dan berkembang di era digital.