Ponsel Huawei dengan Chip 7nm Buatan China, Ancaman Baru bagi AS?

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
4 Min Read

jfid – Huawei, salah satu produsen ponsel terbesar di dunia, baru-baru ini meluncurkan ponsel pintar terbarunya, Huawei Mate Pro 60+, yang menggunakan chip 7 nanometer (nm) Kirin 9000s, buatan Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), perusahaan semikonduktor milik negara China.

Chip ini merupakan chip 7 nm pertama yang diproduksi di China, dan menunjukkan kemajuan teknologi China dalam bidang semikonduktor.

Chip 7 nm adalah chip yang memiliki ukuran transistor sebesar 7 nm, yang memungkinkan performa yang lebih tinggi, efisiensi energi yang lebih baik, dan kapasitas memori yang lebih besar dibandingkan dengan chip generasi sebelumnya.

Chip 7 nm juga merupakan teknologi kunci untuk mendukung jaringan internet generasi kelima (5G), yang menawarkan kecepatan dan kapasitas data yang jauh lebih besar daripada jaringan 4G.

Ad image

Namun, pembuatan chip 7 nm bukanlah hal yang mudah. Chip ini membutuhkan mesin dan peralatan canggih yang harganya sangat mahal.

Salah satu teknologi produksi chip 7 nm yang paling mutakhir adalah extreme ultraviolet lithography (EUV), sebuah metode yang menggunakan sinar ultraviolet ekstrem untuk mengukir pola-pola halus pada silikon.

Hanya ada beberapa perusahaan di dunia yang mampu membuat chip 7 nm dengan teknologi EUV, seperti Samsung, TSMC, dan Intel.

AS, sebagai negara adidaya di bidang teknologi, tentu tidak ingin ketinggalan dalam perlombaan chip 7 nm. AS telah berusaha membatasi akses China untuk mendapatkan mesin dan peralatan pembuat chip dari negara-negara sekutunya, seperti Jepang dan Belanda. AS juga telah memberlakukan sanksi dan larangan terhadap Huawei dan SMIC, dengan alasan keamanan nasional dan ancaman siber.

AS menuduh Huawei dan SMIC sebagai perpanjangan tangan pemerintah China, yang dapat melakukan spionase atau sabotase terhadap jaringan telekomunikasi AS.

Namun, langkah-langkah AS tersebut tampaknya tidak berhasil menghentikan ambisi China untuk menguasai teknologi chip 7 nm.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah China, SMIC berhasil membuat chip 7 nm tanpa menggunakan teknologi EUV, melainkan dengan metode konvensional yang disebut N+2.

Meskipun tidak sebaik chip 7 nm dengan EUV, chip N+2 tetap memiliki performa yang lebih baik daripada chip 14 nm yang sebelumnya diproduksi SMIC.

Huawei, sebagai salah satu klien utama SMIC, tentu mendapat manfaat dari kemajuan SMIC ini. Huawei dapat mengurangi ketergantungannya pada pemasok chip asing, seperti TSMC dan Qualcomm, yang tidak dapat berbisnis dengan Huawei karena sanksi AS.

Huawei juga dapat meningkatkan daya saingnya di pasar ponsel pintar global, terutama di segmen 5G, yang masih didominasi oleh merek-merek asal AS dan Korea Selatan.

Pertanyaannya adalah, apakah ponsel Huawei dengan chip 7 nm buatan China ini akan menjadi ancaman baru bagi AS? Apakah AS akan mengambil langkah-langkah lebih keras untuk mengisolasi Huawei dan SMIC dari pasar global? Apakah China akan terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi chip 7 nm atau bahkan lebih kecil lagi? Dan apakah konsumen di seluruh dunia akan memilih ponsel Huawei dengan chip 7 nm buatan China ini atau tetap setia dengan merek-merek lain?

TAGGED:
Share This Article