jfid – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak muda zaman sekarang. Dari berbagi foto, video, hingga meme, media sosial menawarkan berbagai cara untuk berekspresi, berinteraksi, dan belajar.
Namun, di balik segala kemudahan dan kesenangan, media sosial juga menyimpan berbagai bahaya yang mengintai anak muda, seperti predator seksual, perundungan, konten berbahaya, hingga gangguan kesehatan mental.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi para orang tua, aktivis, dan pemerintah, yang menuntut agar perusahaan-perusahaan media sosial bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh platform mereka.
Pada hari Rabu (31/1), lima CEO media sosial terbesar, yaitu Meta, TikTok, X, Snapchat, dan Discord, dipanggil oleh Komite Kehakiman Senat AS untuk memberikan kesaksian tentang upaya mereka dalam melindungi anak muda di media sosial.
Sidang tersebut diawali dengan rekaman kesaksian anak-anak dan orang tua yang mengaku menjadi korban eksploitasi, kecanduan, atau depresi akibat media sosial.
Para senator dari kedua partai politik mengecam para CEO media sosial atas kegagalan mereka dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan anak muda. Mereka juga mendesak agar dibuat regulasi atau aturan independen untuk mengawasi industri media sosial.
Para CEO media sosial membela diri dengan mengklaim bahwa mereka telah membuat berbagai alat keamanan, kebijakan, dan kerjasama untuk melindungi anak di bawah umur.
Mereka juga mengatakan bahwa platform mereka memiliki manfaat positif bagi anak muda, seperti memberikan ruang kreativitas, edukasi, dan komunitas.
Namun, para aktivis kesehatan anak meragukan klaim-klaim tersebut dan menilai bahwa perusahaan-perusahaan media sosial masih mengutamakan keuntungan daripada keamanan.
Lalu, siapa yang benar? Apakah media sosial benar-benar bermanfaat atau berbahaya bagi anak muda? Jawabannya mungkin tidak hitam putih.
Media sosial memiliki potensi untuk menjadi sumber inspirasi, informasi, dan hiburan bagi anak muda, tetapi juga memiliki risiko untuk menjadi sumber stres, tekanan, dan trauma bagi mereka.
Oleh karena itu, penting bagi anak muda, orang tua, dan pihak-pihak terkait untuk bersikap kritis, bijak, dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial.