Gibran Rakabuming Raka Bicara: Dilema Nikel Tesla dan Munculnya Baterai Etis Lithium-Ferro-Phosphate (LFP)

ZAJ
By ZAJ
5 Min Read
blue coupe parked beside white wall

jfid – Tesla telah menjadi pemimpin dalam mengembangkan teknologi baterai, menawarkan jangkauan yang luar biasa tanpa mengorbankan kinerja atau keterlibatan berkendara.

Perusahaan mulai menggunakan kimia baterai Nikel Kobalt Aluminium (NCA) bertahun-tahun yang lalu dalam bentuk sel 18650, yang diproduksi oleh Panasonic untuk Model S dan Model X.

Tesla juga menggunakan sel dengan kimia yang sama pada Model 3 dan Model Y, meskipun ukurannya berbeda: sel 2170, yang lebih besar dan lebih energi padat daripada sel 18650.

Saat ini, sel 2170 dengan kimia NCA digunakan dalam semua kendaraan Model 3 dan Y dengan motor ganda.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia tentang Penggunaan Nikel oleh Tesla

Indonesia, penambang nikel terbesar di dunia, bergerak untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok kendaraan listrik.

Sebagian besar produksi nikel Indonesia saat ini adalah nikel Kelas 2, jenis rendah kemurnian yang digunakan untuk baja tahan karat.

Pemerintah dan sektor pertambangan negara tersebut bertekad untuk mengubah industri nikelnya untuk memenuhi permintaan meningkat akan nikel Kelas 1, komponen penting untuk baterai kendaraan listrik (EV).

Namun, sektor nikel Indonesia terutama intensif karbon dan merusak lingkungan.

Figur Politik tentang Penggunaan Nikel oleh Tesla

Gibran Rakabuming Raka, figur politik di Indonesia, menyebutkan bahwa Tesla menggunakan nikel untuk baterai mobilnya.

Dia menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, seharusnya menjadi kekuatan dan alat tawar.

Namun, dia juga mengakui bahwa Tesla telah mulai beralih ke baterai Lithium-Ferro-Phosphate (LFP) untuk beberapa modelnya.

Rencana Masa Depan Tesla untuk Baterai Lithium-Ferro-Phosphate (LFP)

Tesla mengubah kimia baterai yang digunakan dalam semua kendaraan listrik standarnya menjadi versi dengan katoda lithium-iron-phosphate (LFP).

Langkah ini kemungkinan merupakan cara bagi Tesla untuk meningkatkan margin keuntungan pada mobil listrik sepenuhnya sambil tidak harus meningkatkan harga kendaraan.

Perusahaan sudah membuat kendaraan dengan kimia LFP di pabriknya di Shanghai.

Signifikansi Pilihan Baterai Tesla

Pilihan baterai Tesla memiliki implikasi signifikan mengingat faktor-faktor seperti kepadatan energi, kemampuan pengisian, dan dampak pada reputasi perusahaan.

Transisi ke baterai LFP dianggap sebagai langkah strategis untuk mengatasi kekhawatiran etis terkait penambangan kobalt sambil menurunkan biaya produksi.

Namun, baterai LFP memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dan oleh karena itu memerlukan lebih banyak ruang untuk menyediakan jumlah energi yang sama.

Konteks Lebih Luas dari Lanskap Baterai Industri EV

Dalam konteks lebih luas dari lanskap baterai industri EV, bahan katoda yang berbeda seperti NCA, NCM, dan LFP memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Misalnya, baterai NCA dan NCM memiliki kepadatan energi tinggi, ringan, efisien dalam pengisian, dengan resistansi yang baik terhadap suhu rendah.

Di sisi lain, baterai LFP aman, memiliki umur siklus panjang, dan resistansi yang baik terhadap suhu tinggi.

Pergeseran Strategis Tesla dan Implikasi Potensial untuk Masa Depan Mobilitas Listrik

Pergeseran strategis Tesla menuju baterai LFP dan implikasi potensial untuk masa depan mobilitas listrik sangat dalam.

Transisi ke baterai LFP dianggap sebagai langkah strategis untuk mengatasi kekhawatiran etis terkait penambangan kobalt sambil menurunkan biaya produksi.

Pergeseran ini dapat menentukan ulang kota-kota, sistem energi, dan lingkungan kita, menjadikan Tesla sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam masa depan transportasi.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article