jfid – Pada suatu sore, tepatnya pada tanggal 24 November 1642, sejarah mencatat catatan penting dari Abel Tasman, seorang penjelajah asal Belanda.
Dalam buku harian yang digunakannya, Tasman merangkum momen epik tersebut dengan kata-kata yang menggugah: “Sekitar pukul empat sore di atas kapal, kami melihat tanah pertama yang dijumpai setelah berlayar berbulan-bulan di Laut Selatan.”
Tanah yang belum pernah terjamah oleh orang-orang Eropa itu menjadi titik awal penemuan Tanah Van Diemen, yang saat ini dikenal sebagai Tasmania.
Abel Tasman, lahir di Lutjegast, Groningen pada tahun 1603, adalah sosok penjelajah dan pedagang Belanda yang legendaris.
Namanya dikenal lewat perjalanannya pada tahun 1642 dan 1644 untuk Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda yang terkenal.
Tasman bukan hanya orang Eropa pertama yang tercatat mencapai kepulauan Tanah Van Diemen (sekarang Tasmania) dan Selandia Baru, tetapi juga melihat kepulauan Fiji pada tahun 1643, menambahkan jejak penting dalam sejarah penemuan wilayah-wilayah baru.
Pada 14 Agustus 1642, Abel memimpin ekspedisi VOC dengan dua kapal andalannya, Heemskerck dan Zeehan. Mereka meluncur dari Batavia, menuju ke arah selatan yang belum terpetakan pada masa itu.
Setelah berbulan-bulan berlayar, Tasman dan krunya terkesima saat melihat sebuah pulau yang tidak terlalu jauh dari daratan Australia, berada di daerah Cape Sorell.
Penjelajahan pun dimulai: Tasman dan krunya menjelajahi pulau tersebut, menemukan tanaman lokal yang bisa dimakan, dan mencatat penemuan tersebut dalam sejarah pelayaran mereka.
Peristiwa menarik terjadi beberapa hari kemudian, ketika seorang tukang kayu dari ekspedisi tersebut berenang ke pulau Tasman, menancapkan bendera Belanda di sana.
Tindakan itu menjadi momen penting dalam sejarah, yang kemudian diikuti dengan penamaan pulau yang luasnya hanya 22.000 km persegi itu sebagai Van Diemen’s Land, menghormati gubernur jenderal Hindia Belanda ke-9.
Namun, tak lama kemudian, nama pulau itu diubah menjadi Tasmania untuk mengenang penjelajah tersebut, yang akhirnya meninggal di Batavia pada 10 Oktober 1659 setelah menyisakan warisan besar dalam pemetaan Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik¹.
Abel Tasman menghabiskan sisa hidupnya sebagai tuan tanah di Batavia, meninggalkan jejak yang tak terlupakan dari perjalanan gemilangnya.
Perjalanannya telah memberikan kontribusi besar dalam membuka jendela luas bagi pemetaan wilayah-wilayah penting yang pada akhirnya membentuk sejarah geografis dunia yang kita kenal saat ini.