Sejarah Tren Baju Tunik di Indonesia

Ningsih Arini
4 Min Read
Sejarah Tren Baju Tunik di Indonesia
Sejarah Tren Baju Tunik di Indonesia

jfid – Baju tunik adalah salah satu pakaian yang populer di kalangan wanita Indonesia, terutama yang berbusana muslim. Baju tunik memiliki ciri khas berupa potongan longgar yang menutupi dada, bahu, dan punggung, serta panjangnya bisa sampai di pinggul atau di atas lutut.

Baju tunik bisa berlengan atau tanpa lengan, dan bisa dikombinasikan dengan celana, rok, atau legging. Baju tunik juga memiliki berbagai variasi model, warna, dan motif, yang menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan konsumen.

Namun, tahukah Anda bahwa baju tunik bukanlah pakaian asli dari Indonesia? Baju tunik ternyata memiliki sejarah yang panjang dan melintasi berbagai peradaban dan budaya.

Baju tunik berasal dari kata “tunica” yang merupakan pakaian dasar yang dikenakan oleh orang Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan Kekaisaran Romawi Timur. Pada awalnya, baju tunik adalah pakaian tanpa lengan yang dibuat dari kain wol atau linen, dan panjangnya hanya sampai di atas lutut.

Baju tunik dikenakan oleh pria dan anak laki-laki dari berbagai kelas sosial, baik rakyat biasa, bangsawan, maupun rohaniwan. Baju tunik juga bisa dikenakan dengan atau tanpa sabuk, dan bisa ditambahkan dengan mantel atau jubah di atasnya.

Baju tunik kemudian mengalami perkembangan seiring dengan perubahan zaman dan budaya. Pada abad ke-20, baju tunik mulai dimodifikasi oleh desainer mode terkenal, Paul Poiret, yang menggunakan bahan yang lebih mewah dan menciptakan bentuk tunik yang unik dan menarik.

Baju tunik juga menjadi mode paling populer sepanjang periode 60-an, yang disebut sebagai tunik rok mini. Baju tunik ini terbuat dari kain sintetis, seperti nilon, dan memiliki warna-warna cerah dan motif-motif geometris.

Baju tunik tidak hanya berkembang di dunia Barat, tetapi juga diadaptasi oleh banyak budaya di dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, baju tunik mulai digunakan sebagai salah satu pakaian dalam berbusana muslim oleh kaum wanita maupun pria.

Baju tunik di Indonesia juga dipengaruhi oleh budaya Tionghoa dan Melayu, yang menghasilkan kebaya encim atau kebaya peranakan. Kebaya encim adalah baju tunik yang berlengan panjang, menutup leher hingga ke lutut, dan berbentuk mirip baju kurung. Kebaya encim biasanya dikenakan dengan sarung atau kain batik, dan dihiasi dengan sulaman dan manik-manik.

Saat ini, baju tunik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan daya kreativitas yang lebih tinggi dari setiap pengrajin atau pengusaha busana muslim. Baju tunik di Indonesia tidak hanya dikenakan sebagai pakaian ibadah, tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari, pakaian kerja, atau pakaian pesta. 

Baju tunik di Indonesia juga memiliki berbagai model, seperti tunik asimetris, tunik layer, tunik hoodie, tunik kaos, tunik denim, dan lain-lain. Baju tunik di Indonesia juga mengikuti tren mode terkini, seperti tunik polos, tunik bercorak, tunik bordir, tunik brokat, dan lain-lain.

Baju tunik di Indonesia dapat dikatakan sebagai pakaian yang multifungsi karena dapat digunakan dalam berbagai kesempatan formal maupun non formal.

Baju tunik di Indonesia juga menunjukkan keanekaragaman budaya yang telah mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, termasuk dalam aspek fashion.

Baju tunik di Indonesia juga memperlihatkan kepribadian, idealisme, dan gaya hidup dari pemakainya. Baju tunik di Indonesia, dengan sejarah dan perkembangannya yang panjang dan menarik, merupakan salah satu pakaian yang patut dibanggakan dan dilestarikan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article