jfid – Hari Sabat, sebuah istilah yang sudah ada sejak awal mula penciptaan, adalah sebuah keajaiban yang mengagumkan.
Kitab Kejadian menceritakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam enam hari dan pada hari ketujuh, Dia berhenti bekerja. Hari ini, kita menyebutnya sebagai hari Sabat.
Hari Sabat tidak sekadar tentang menghentikan aktivitas, tetapi juga tentang menerima berkat dan kesucian.
Ini adalah hari di mana kita diingatkan untuk meluangkan waktu dari kesibukan kita, untuk merenungkan dan mengucap syukur atas segala anugerah yang telah kita peroleh.
Namun, apakah esensi dari hari Sabat? Dalam Injil Lukas 13:10-17, kita diberikan contoh yang nyata. Yesus mengajar di sinagoga pada hari Sabat dan di situ ada seorang wanita yang sudah delapan belas tahun tersiksa dengan penyakit yang membuatnya membungkuk dan tidak bisa tegak.
Yesus menunjukkan bahwa hari Sabat diciptakan untuk kesejahteraan manusia agar manusia dapat beristirahat setelah enam hari berkarya. Ini adalah pesan yang penting dan bermakna bahkan dalam konteks zaman kita.
Dalam dunia yang penuh dengan tekanan ini, di mana kita sering kali terperangkap dalam lingkaran kerja tanpa akhir, penting untuk mengingat bahwa kita semua membutuhkan waktu untuk beristirahat dan merenung.
Jadi, mari kita renungkan kembali esensi dari hari Sabat. Bukan hanya sebagai hari santai atau istirahat dari pekerjaan, tetapi sebagai waktu untuk merenungkan, bersyukur, dan memperbaharui komitmen kita kepada Tuhan dan sesama manusia.