jfid – Makau, dikenal juga sebagai Ou Mun, mengabadikan sejarah kaya yang mencerminkan penggabungan budaya Timur dan Barat, membentuk identitasnya yang unik.
Awalnya tempat bagi para nelayan Fujian dan petani Guangdong, lokasi strategisnya di muara Pearl River menjadi pusat vital Jalan Sutra, mengirimkan kapal-kapal ke destinasi sejauh Roma.
Pada 1513, pedagang-penjelajah Portugis diwakili oleh Jorge Alvares tiba di selatan Cina. Mereka merintis pos perdagangan, dan pada awal 1550-an, mencapai Ou Mun.
Dengan izin penduduk lokal, mereka mendirikan kota yang segera menjadi gerbang perdagangan utama antara Cina, Jepang, India, dan Eropa.
Era kolonial Portugis dimulai pada 1557 saat Portugis mendirikan basis perdagangan di Macau. Abad ke-16 hingga ke-18 menyaksikan kemajuan pesat, menjadikan Macau pusat perdagangan terkemuka di dunia.
Kedatangan Gereja Katolik Roma menyuburkan percampuran budaya, membangun universitas Kristen, gereja, dan benteng yang memberi kota itu sentuhan sejarah Eropa.
Meskipun gemilang, kejayaan Portugis meredup ketika pesaing seperti Belanda dan Inggris mengambil alih perdagangan. Namun, Macau tetap menjadi jantung perdagangan Cina-Eropa.
Pada 1999, setelah hampir 450 tahun di bawah pemerintahan Portugis, Macau resmi menjadi wilayah administratif khusus di Tiongkok, menandai akhir era kolonial dan awal babak baru dalam sejarahnya.
Hari ini, Macau menjadi contoh inkarnasi pertemuan budaya Timur dan Barat. Dari jalan-jalan berbatu ala Portugis hingga kuil-kuil Cina bersejarah, setiap kunjungan ke Macau menawarkan pengalaman tak terlupakan.
Dengan sejarahnya yang panjang dan beragam, Macau bukan hanya “gerbang perdagangan” tetapi jembatan harmoni antara Timur dan Barat, tempat budaya, sejarah, dan tradisi menyatu dalam keindahan harmonis.