Fakta Unik Warna Ungu Tyrian dan Larangan nya

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read
Makin Gemoy! Prabowo Gibran Jadi Paslon Paling Favorit, Ini Buktinya
Makin Gemoy! Prabowo Gibran Jadi Paslon Paling Favorit, Ini Buktinya

jfid – Warna ungu telah lama dikaitkan dengan kemewahan, kekuasaan, dan kerajaan. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa warna ungu yang paling terkenal dan termahal di dunia berasal dari lendir siput laut yang membusuk. Warna ini disebut Ungu Tyrian, atau ungu Fenisia.

dan merupakan rahasia dagang yang dijaga ketat oleh orang-orang Fenisia kuno, yang menguasai perdagangan di Laut Tengah.

Ungu Tyrian pertama kali dibuat sekitar 1600 SM oleh orang-orang Kanaan, yang kemudian dikenal sebagai Fenisia.

Mereka menemukan bahwa lendir yang dikeluarkan oleh siput laut tertentu, terutama spesies Bolinus brandaris, mengandung pigmen ungu yang dapat digunakan untuk mewarnai kain. Namun, proses pembuatan warna ini sangat rumit dan memakan waktu.

Mereka harus mengumpulkan ribuan siput laut, membuka cangkangnya, mengekstrak lendirnya, dan memaparkannya ke sinar matahari untuk waktu yang tepat agar warna ungu yang diinginkan muncul. Diperkirakan dibutuhkan sekitar 250.000 siput laut untuk menghasilkan satu ons pigmen ungu.

Warna ungu yang dihasilkan sangat cerah dan tahan lama. Warna ini tidak memudar seiring waktu, malah semakin terang dan indah dengan adanya pelapukan dan sinar matahari.

Karena itu, warna ungu Tyrian menjadi sangat berharga dan mahal pada masa kuno. Warna ini juga memiliki konotasi ilahi, karena menyerupai warna darah yang menggumpal.

Hanya orang-orang kaya dan berkuasa yang mampu membeli dan mengenakan pakaian berwarna ungu Tyrian. Warna ini menjadi simbol status dan prestise, serta tanda identitas bagi bangsa Fenisia.

Warna ungu Tyrian juga sangat diminati oleh bangsa-bangsa lain, terutama oleh Kekaisaran Romawi. Para kaisar, senator, dan pejabat tinggi Romawi mengenakan jubah atau toga berwarna ungu Tyrian sebagai tanda kehormatan dan otoritas.

Bahkan, ada undang-undang sumptuary yang melarang orang biasa mengenakan warna ini, karena dianggap sebagai hak istimewa bagi elit Romawi.

Warna ungu Tyrian juga digunakan untuk mewarnai kain-kain suci dalam tradisi Yahudi, seperti argaman dan tekelet, yang dipakai dalam pakaian untuk sembahyang.

Namun, warna ungu Tyrian mulai menghilang dari sejarah setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Sumber-sumber siput laut yang menghasilkan pigmen ungu menjadi langka dan sulit diakses.

Selain itu, rahasia pembuatan warna ini tidak banyak diketahui oleh orang-orang di luar Fenisia. Warna ungu Tyrian pun menjadi legenda, dan hanya tersisa dalam catatan-catatan sejarah dan artefak-artefak kuno.

Warna ungu Tyrian tidak tersedia secara luas sampai abad ke-19, ketika ilmuwan Inggris, William Henry Perkin, menemukan pewarna sintetis pertama yang meniru warna ungu Tyrian.

Warna ungu Tyrian adalah salah satu warisan budaya yang paling menakjubkan dari peradaban kuno. Warna ini merupakan hasil dari penemuan, kreativitas, dan kerja keras orang-orang Fenisia, yang berhasil menciptakan warna yang tidak ada duanya di dunia.

Warna ini juga merupakan saksi dari sejarah, politik, dan agama yang membentuk dunia kuno. Warna ungu Tyrian adalah pigmen kuno yang hilang dan lebih berharga daripada emas.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article