jfid – Apakah Anda merasa tertekan oleh kemajuan teknologi yang semakin cepat dan tak terkendali? Apakah Anda merasa bahwa mesin-mesin canggih telah mengambil alih pekerjaan, kreativitas, dan kemanusiaan Anda? Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda lebih baik tanpa internet, smartphone, komputer, dan segala macam gadget yang mengganggu? Jika jawaban Anda ya, maka Anda mungkin seorang Luddit.
Luddit adalah sebutan untuk orang-orang yang menentang atau menolak teknologi baru, terutama yang berhubungan dengan industri, otomatisasi, komputerisasi, atau digitalisasi. Istilah ini berasal dari gerakan pekerja tekstil Inggris pada abad ke-19 yang memprotes penggunaan mesin-mesin hemat biaya yang menggantikan tenaga kerja terampil dan menurunkan upah dengan menghasilkan barang-barang berkualitas rendah¹. Mereka sering melakukan penyerangan dan perusakan terhadap mesin-mesin tersebut secara rahasia. Mereka mengaku sebagai pengikut “Ned Ludd”, seorang penenun legendaris yang konon menghancurkan dua rangka rajutan pada tahun 1779 setelah dikritik dan disuruh mengubah metodenya.
Namun, zaman telah berubah. Sekarang, Luddit bukan lagi pekerja tekstil yang marah, melainkan orang-orang yang masih hidup di masa lalu dan tidak mau beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mereka adalah orang-orang yang masih menggunakan ponsel jadul, menulis surat dengan tangan, membaca buku cetak, mendengarkan kaset, menonton televisi tabung, dan berbelanja di toko fisik. Mereka adalah orang-orang yang menghindari media sosial, email, online banking, e-commerce, streaming, cloud computing, artificial intelligence, dan virtual reality. Mereka adalah orang-orang yang merasa bahwa teknologi adalah ancaman bagi privasi, kebebasan, kesehatan, lingkungan, budaya, dan nilai-nilai moral mereka.
Tentu saja, Luddit memiliki alasan-alasan mereka sendiri untuk bersikap seperti itu. Mereka mungkin merasa bahwa teknologi membuat hidup mereka lebih rumit, stres, tergantung, terisolasi, atau tidak bahagia. Mereka mungkin merasa bahwa teknologi mengurangi keterampilan, kreativitas, komunikasi, empati, atau solidaritas mereka. Mereka mungkin merasa bahwa teknologi meningkatkan risiko kejahatan siber, manipulasi informasi, ketimpangan sosial, polusi lingkungan, atau perang nuklir. Mereka mungkin merasa bahwa teknologi mengancam identitas, tradisi, agama, atau kebangsaan mereka.
Namun, apakah sikap Luddit itu rasional atau realistis? Apakah mereka bisa menghentikan laju kemajuan teknologi yang sudah tidak terbendung lagi? Apakah mereka bisa mengembalikan masa-masa keemasan ketika manusia hidup lebih sederhana, alami, harmonis, atau makmur? Apakah mereka bisa menolak manfaat-manfaat yang ditawarkan oleh teknologi dalam hal efisiensi, produktivitas, inovasi, informasi, pendidikan, hiburan, kesehatan, atau kesejahteraan?
Jawabannya tentu saja tidak. Luddit hanyalah orang-orang yang tidak mau menghadapi kenyataan dan tidak mau belajar dari sejarah. Mereka tidak menyadari bahwa teknologi adalah hasil dari kecerdasan dan kreativitas manusia yang selalu berkembang dan berubah seiring dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Mereka tidak menyadari bahwa teknologi adalah alat yang bisa digunakan untuk tujuan baik atau buruk tergantung pada penggunanya. Mereka tidak menyadari bahwa teknologi adalah peluang yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu, Luddit sebaiknya tidak lagi menutup mata dan telinga mereka terhadap teknologi. Mereka sebaiknya tidak lagi menolak atau menghancurkan teknologi yang tidak mereka sukai atau takuti. Mereka sebaiknya tidak lagi menganggap diri mereka sebagai korban atau pahlawan yang melawan teknologi. Mereka sebaiknya mulai membuka pikiran dan hati mereka terhadap teknologi. Mereka sebaiknya mulai belajar dan beradaptasi dengan teknologi yang ada atau yang akan datang. Mereka sebaiknya mulai menggunakan dan mengendalikan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab. Mereka sebaiknya mulai menjadi bagian dari solusi, bukan masalah, dalam era teknologi ini.
Karena, mau tidak mau, suka tidak suka, Luddit harus mengakui bahwa teknologi adalah masa kini dan masa depan kita. Dan kita semua harus siap untuk menghadapi dan menyambutnya dengan semangat dan optimisme. Karena, seperti kata Albert Einstein, “Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan cara berpikir yang sama ketika kita menciptakan masalah itu.”