jfid – Hirohito, yang juga dikenal sebagai Kaisar Showa setelah wafatnya, menduduki takhta sebagai Kaisar Jepang ke-124, dilahirkan pada 29 April 1901, di Puri Aoyama, Tokyo.
Beliau merupakan putra sulung dari Kaisar Yosihito dan Permaisuri Teimei. Pada tahun 1924, Hirohito mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan dengan Putri Nagako Kuni, membentuk keluarga yang kemudian melahirkan tujuh orang anak.
Ketika ayahnya meninggal, Hirohito diangkat sebagai Kaisar Jepang pada 25 Desember 1926, memasuki era yang dikenal sebagai era Showa.
Meskipun secara harfiah diartikan sebagai “damai dan cerah budi,” masa pemerintahannya ditandai oleh berbagai konflik, terutama selama Perang Sino-Jepang Kedua yang memuncak dalam Perang Dunia II (1931 hingga 1945).
Selama masa pendidikannya di Gakushuin Peer’s School dan kemudian di Istana Akasaka, Hirohito menunjukkan minat khusus dalam penelitian biologi laut.
Karya-karya ilmiahnya, seperti “The Opisthobranchia of Sagami Bay” dan “Some Hydrozoans of the Amakusa Islands,” mencerminkan dedikasinya terhadap pengetahuan ilmiah.
Pernikahannya dengan Putri Nagako pada 26 Januari 1924, melahirkan tujuh orang anak, yaitu Putri Teru Shigeko, Putri Hisa Sachiko, Putri Taka Kazuko, Putri Yori Atsuko, Pangeran Akihito, Pangeran Hitachi Masahito, dan Putri Suga Takako.
Meskipun secara konstitusional Kaisar, kekuatan politik utama selama Perang Sino-Jepang dan Perang Dunia II dipegang oleh Perdana Menteri Hideki Tōjō dan militer.
Hirohito memainkan peran formal sebagai pemimpin Tentara Kekaisaran Jepang selama perjalanannya yang melintasi Asia dan pertempuran melawan pasukan Sekutu.
Setelah kekalahan Jepang pada tahun 1945, peran Hirohito menjadi lebih simbolis, kehilangan kekuatan politik.
Meskipun awalnya menolak untuk melepaskan status quasi-divinenya sebagai kaisar, Hirohito akhirnya memimpin Jepang menuju transisi menjadi monarki konstitusional, menandai fase baru dalam sejarah negara tersebut.