Fakta-Fakta Mengejutkan Tentang Sultan Hamengkubuwana I, Pendiri Yogyakarta!

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
5 Min Read
Ilustrasi Sultan Hamengkubuwana I (jfid)
- Advertisement -

jfid – Pada tanggal 7 Oktober 1756, sebuah peristiwa penting merubah arah sejarah di tanah Jawa. Raja berwibawa, Sultan Hamengkubuwana I, memimpin pendirian Kesultanan Yogyakarta, menetapkan tonggak awal dari salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Indonesia.

Namun, di balik kejayaan tersebut, terdapat kisah hidup yang luar biasa dan perjuangan keras yang membentuk jejak kebesaran Sultan Hamengkubuwana I.

Sultan Hamengkubuwana I lahir pada tahun 1717 dengan nama Raden Mas Sujana, sebagai putra dari Raja Kasunanan Surakarta, Amangkurat IV, dan Ratu Mas Ayu Mangir.

Bakat luar biasanya terpancar sejak masa kecil, saat ia belajar ilmu agama, sastra, seni, militer, dan tata negara dari para guru terbaik di keraton.

Ad image

Kecerdasannya sejalan dengan kepribadian yang berwibawa, menjadikannya pangeran yang sangat dihormati oleh rakyatnya.

Namun, jalan menuju kesultanan tidaklah mudah. Salah satu musuh terbesar Mataram pada saat itu adalah VOC atau Belanda, yang menginginkan kekuasaan mutlak atas wilayah Nusantara.

Dalam upayanya merebut kendali, VOC memanfaatkan perselisihan antara Pakubuwana II dan Pangeran Mangkubumi. Konflik ini memicu perang saudara yang berkepanjangan.

Pangeran Mangkubumi, dengan keberaniannya, berhasil merebut sebagian besar wilayah Mataram dari tangan Pakubuwana II dan VOC.

Dukungan rakyat serta kerajaan-kerajaan lain seperti Banten, Cirebon, Madura, Banjar, dan Gowa menguatkan perlawanannya.

Perjuangan ini membuahkan hasil ketika pada tahun 1755, Pakubuwana II meninggal dunia. Perundingan diadakan, dan melalui Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi memperoleh separuh wilayah Mataram dan hak mendirikan kesultanan sendiri dengan gelar Sultan Hamengkubuwana.

Inilah awal dari Kesultanan Yogyakarta, sebuah kerajaan yang didirikan atas keberanian dan ketekunan Sultan Hamengkubuwana I.

Mendirikan kerajaan baru tidak cukup bagi Sultan Hamengkubuwana I. Ia memilih dengan bijak lokasi ibu kota, yang kemudian dikenal sebagai Yogyakarta.

Disini, ia membangun istana yang megah dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan serta kebudayaan.

Pada tanggal 7 Oktober 1756, perpindahan resmi Sultan Hamengkubuwana I ke Yogyakarta dirayakan, dan sejak itu, tanggal ini diabadikan sebagai Hari Ulang Tahun Kota Yogyakarta.

Namun, kebijaksanaan Sultan Hamengkubuwana I tidak hanya terlihat dalam pencapaian ini. Ia mendirikan sistem pemerintahan yang menggabungkan filosofi Jawa dan Islam, menciptakan keseimbangan antara raja, rakyat, alam, dan Tuhan.

Dengan konsep “Hamemayu Hayuning Bawana” yang diterapkan, Sultan Hamengkubuwana I menciptakan kerajaan yang makmur dan harmonis. Selain itu, ia juga mengembangkan seni, budaya, dan ilmu pengetahuan di kesultanan barunya.

Candi, masjid, sekolah, museum, dan observatorium dibangun untuk mendorong perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Tidak hanya sebagai seorang raja, Sultan Hamengkubuwana I juga adalah pejuang kemerdekaan yang gigih.

Walaupun sudah berdamai dengan VOC, ia tetap mempertahankan kedaulatan Yogyakarta dari campur tangan asing.

Bahkan, saat terjadi serangan dari Belanda pada tahun 1765, pasukannya berhasil mempertahankan benteng Yogyakarta.

Pada tahun 1811, ketika Inggris mencoba menjajah Jawa, Sultan Hamengkubuwana I mendukung pemberontakan rakyat Jawa melawan penjajah tersebut.

Peranannya dalam Perang Jawa tidak hanya mencakup dukungan moral, tetapi juga bantuan berupa pasukan, senjata, dan uang untuk melawan penjajah.

Kematian Sultan Hamengkubuwana I pada tanggal 24 Maret 1792 tidak mengakhiri warisannya. Putranya, Raden Mas Rangsang atau Sultan Hamengkubuwana II, melanjutkan jejak ayahnya.

Sultan Hamengkubuwana I dihormati sebagai pendiri Yogyakarta yang berani dan bijaksana, serta salah satu pahlawan nasional Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa.

Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, Sultan Hamengkubuwana I tetap bersinar sebagai simbol keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan dalam menjaga kedaulatan dan kebudayaan bangsanya.

Warisannya yang berharga dalam bentuk nilai-nilai kebudayaan, keagamaan, dan keilmuan tetap hidup dan relevan hingga saat ini.

Perjuangan dan visi besar Sultan Hamengkubuwana I adalah pilar yang mengukuhkan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia, menciptakan fondasi yang kokoh bagi masa depan yang lebih baik.

- Advertisement -
Share This Article