jfid – Rabi Yisrol Dovid Weiss pernah berkata bahwa negara Israel adalah monster yang harus dihapuskan dari peta dunia.
Rabi Yisrol Dovid Weiss adalah seorang yahudi religius Amerika, aktivis sekaligus juru bicara kelompok minoritas Neturei Karta. Dalam sebuah sesi wawancara sang rabi mengatakan bahwa Yudaisme dan Zionisme itu tidak sama. Bagaimana sebenarnya? baca sampai selesai.
Sejak awal abad ke-19, gerakan Zionisme telah memainkan peran sentral dalam sejarah politik dan sosial Yahudi. Namun, ada suara yang kurang mendukung gerakan ini, terutama dari komunitas Yahudi yang sangat religius di seluruh dunia.
Mereka menyatakan keyakinan mereka dengan kuat bahwa konsep Zionisme, yang mendorong pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina, bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan perjanjian mereka dengan Tuhan.
Pendapat ini didasarkan pada apa yang disebut sebagai “Konsep Tiga Sumpah”. Tiga sumpah ini berasal dari keyakinan bahwa bangsa Yahudi tidak boleh mengabaikan perjanjian lama mereka dengan Tuhan.
Sumpah pertama adalah bahwa mereka tidak boleh kembali ke Tanah Suci setelah tersebar di antara bangsa-bangsa.
Sumpah kedua melarang mereka memberontak terhadap bangsa mana pun dan menekankan kewajiban untuk menjadi warga negara yang setia di setiap negara tempat mereka tinggal.
Sumpah ketiga menyatakan bahwa mereka tidak boleh mencoba mengakhiri masa pembuangan mereka karena ini dianggap sebagai hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka.
Yudaisme vs. Zionisme
Para pendukung Zionisme sering kali mencoba mengaitkan gerakan ini dengan keyakinan agama, tetapi kaum Yahudi yang sangat religius menolak pendekatan ini.
Mereka memandang Yudaisme sebagai ketaatan kepada Tuhan dan Taurat-Nya, sementara Zionisme dipandang sebagai nasionalisme yang bertentangan dengan perjanjian lama mereka.
Mereka berpendapat bahwa meskipun tanah tersebut tidak berpenghuni, gagasan kedaulatan Yahudi tetap dilarang karena perjanjian mereka dengan Tuhan.
Sejarah juga memainkan peran penting dalam pandangan mereka. Mereka mengingat bahwa sekitar 2.000 tahun yang lalu, bangsa Yahudi diusir dari Tanah Suci oleh Romawi dan Yunani setelah invasi mereka.
Sebagai akibatnya, mereka dikenakan dekret pembuangan oleh Tuhan, yang memerintahkan mereka untuk menjadi warga negara yang setia di setiap negara tempat mereka tinggal dan tidak mencoba kembali ke Tanah Suci sebagai bangsa berdaulat.
Pendukung Tanah Palestina
Selain itu, kaum Yahudi yang sangat religius menganggap bahwa negara Israel yang didirikan oleh Zionis di tanah yang mereka butuhkan untuk tujuan mereka adalah sebuah tindakan yang bertentangan dengan Taurat.
Mereka menunjukkan bahwa tanah tersebut adalah hunian rakyat Palestina yang mayoritasnya Muslim.
Dalam keyakinan mereka, menciptakan negara ini melibatkan pengusiran rakyat Palestina, yang dianggap melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kasih Tuhan.
Komunitas Yahudi yang sangat religius menjelaskan bahwa mereka tidak menentang rakyat Palestina atau orang Muslim.
Sebaliknya, mereka menekankan bahwa pandangan mereka adalah tentang penolakan terhadap Zionisme, bukan tentang permusuhan terhadap siapa pun.
Mereka percaya bahwa dengan pertolongan Tuhan, suatu saat nanti akan ada perubahan yang membuat seluruh umat manusia mengakui satu Tuhan, dan Tanah Suci akan menjadi tempat yang damai bagi semua.
Bagaimana kaum Yahudi yang sangat religius menentang Zionisme? Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menerima otoritas negara Israel dan tidak berpartisipasi dalam militernya.
Mereka juga menolak untuk memilih dalam pemilu yang terkait dengan negara tersebut. Mereka memiliki pemimpin agama mereka sendiri dan mempertahankan pandangan mereka tentang Taurat dan perjanjian mereka dengan Tuhan.
Aduan terhadap Label “Anti-Semit”
Sebagai penutup, kaum Yahudi yang sangat religius merasa terhina ketika gerakan Zionis menggunakan label “anti-Semit” untuk membungkam kritik terhadap tindakan mereka.
Mereka berpendapat bahwa ini adalah penghinaan terhadap keyakinan agama mereka dan perjuangan mereka untuk menjaga integritas mereka sebagai komunitas yang sangat religius.
Mereka mencari dukungan untuk penolakan mereka terhadap Zionisme dan berusaha untuk membantu mencapai perdamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina sambil tetap setia pada prinsip-prinsip agama dan perjanjian mereka dengan Tuhan.