5 Kebohongan Israel untuk Membenarkan Perang dan Pendudukan di Palestina

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
Operasi 3 Tahap Israel Ke Gaza, Mungkinkah Berhasil?
Operasi 3 Tahap Israel Ke Gaza, Mungkinkah Berhasil?
- Advertisement -

Konflik Israel-Palestina didasarkan pada kebohongan yang dibuat oleh Israel dan sekutunya untuk membenarkan perang dan pendudukan mereka.

Perang Enam Hari adalah perang singkat namun dahsyat antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya: Mesir, Suriah, dan Yordania.

Dalam waktu kurang dari seminggu, Israel berhasil menghancurkan Angkatan Udara musuhnya, merebut wilayah-wilayah strategis seperti Semenanjung Sinai, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, dan mengubah peta Timur Tengah.

Israel mengklaim bahwa perang tersebut adalah perang preventif untuk mengantisipasi serangan Arab yang akan mengancam keberadaannya.

Ad image

Kebohongan Pertama

Mesir memobilisasi pasukannya di Semenanjung Sinai untuk menyerang Israel. Padahal, kenyataannya adalah bahwa Mesir tidak siap untuk berperang dan tidak berniat untuk berperang.

Presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser, hanya ingin menunjukkan kekuatan dan prestise di dunia Arab dengan menutup Selat Tiran, jalur penting bagi perdagangan Israel.

Nasser juga ingin mendukung Palestina yang terusir dari tanah airnya oleh Israel. Namun, ia tidak mau mengambil risiko perang dengan Israel yang didukung oleh AS dan negara-negara Barat lainnya.

Kebohongan Kedua

Suriah dan Yordania bergabung dengan Mesir untuk membentuk aliansi anti-Israel. Padahal, kenyataannya adalah bahwa Suriah dan Yordania tidak memiliki hubungan baik dengan Mesir dan hanya terlibat dalam perang karena tekanan politik.

Suriah adalah negara sosialis yang bermusuhan dengan Mesir yang nasionalis. Yordania adalah negara monarki yang bermusuhan dengan Mesir yang republikan. Kedua negara ini hanya menandatangani pakta pertahanan dengan Mesir untuk menjaga citra mereka di mata rakyat mereka.

Kebohongan Ketiga

Israel melakukan serangan pertama sebagai tindakan preventif. Padahal, kenyataannya adalah bahwa Israel melakukan serangan pertama sebagai tindakan agresif.

Israel tahu bahwa Mesir tidak akan menyerangnya dan bahkan sedang bernegosiasi dengan AS untuk menyelesaikan krisis Selat Tiran secara damai.

Namun, Israel tidak mau melewatkan kesempatan untuk memperluas wilayahnya dan menghancurkan musuh-musuhnya. Israel juga tahu bahwa ia memiliki keunggulan militer dan dukungan politik dari negara-negara Barat.

Oleh karena itu, Israel memutuskan untuk menyerang Mesir pada hari Senin, 5 Juni 1967, dua hari sebelum Wakil Presiden Mesir tiba di Washington untuk membahas pembukaan kembali Selat Tiran.

Kebohongan Keempat

Israel berperang untuk bertahan hidup melawan ancaman genosida. Padahal, kenyataannya adalah bahwa Israel berperang untuk menguasai wilayah dan sumber daya. Israel tidak pernah menghadapi ancaman genosida dari negara-negara Arab.

Bahkan, banyak pejabat dan jenderal Israel yang mengakui bahwa perang tersebut bukanlah perang pertahanan, melainkan perang ekspansi.

Mereka juga mengakui bahwa mereka memprovokasi konflik dengan Suriah dan Yordania dengan melakukan serangan-serangan balasan yang tidak proporsional.

Selain itu, mereka juga mengakui bahwa mereka melakukan pengusiran dan penghancuran terhadap rakyat Palestina yang tinggal di wilayah-wilayah yang direbutnya.

Kebohongan Kelima

Israel menghormati hukum internasional dan hak asasi manusia. Padahal, kenyataannya adalah bahwa Israel melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia dengan melakukan pendudukan militer, pemukiman ilegal, pemblokiran ekonomi, penindasan politik, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya terhadap rakyat Palestina.

Israel juga menolak resolusi-resolusi PBB yang menuntutnya untuk mundur dari wilayah-wilayah yang diduduki dan mengakui hak-hak Palestina. Israel juga menolak solusi dua negara yang diusulkan oleh komunitas internasional sebagai jalan keluar dari konflik.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article