15 September: Hari Bersejarah bagi Korban Perang Korea

Deni Puja Pranata
9 Min Read

jfid – Perang Korea, yang berlangsung dari 1950 hingga 1953, adalah salah satu konflik paling mematikan dan berdarah di abad ke-20. Perang ini melibatkan dua negara yang terbagi oleh ideologi, Korea Utara yang didukung oleh komunis dan Korea Selatan yang didukung oleh Barat, serta sekutu-sekutu mereka dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Soviet. Perang ini menewaskan sekitar lima juta orang, sebagian besar adalah warga sipil, dan meninggalkan luka yang mendalam bagi kedua belah pihak.

Salah satu momen penting dalam perang ini adalah pendaratan pasukan PBB di Incheon pada 15 September 1950, yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur. Operasi ini berhasil membalikkan keadaan perang yang sebelumnya menguntungkan Korea Utara, dan membuka jalan bagi pembebasan Seoul dan kemajuan ke arah utara. Namun, operasi ini juga memicu intervensi Tiongkok, yang mengirim ratusan ribu tentara untuk membantu Korea Utara. Akibatnya, perang berlanjut dengan sengit hingga mencapai titik buntu di sekitar garis paralel ke-38, yang menjadi batas antara kedua Korea.

Untuk memahami lebih dalam tentang peristiwa bersejarah ini, kami menghubungi beberapa narasumber yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang Perang Korea. Mereka adalah:

– Prof. Kim Young-ho, seorang sejarawan dan penulis buku “The Korean War: A History of Blood and Fire”. Ia adalah salah satu ahli terkemuka di bidang sejarah Perang Korea, dan telah melakukan penelitian mendalam tentang latar belakang, jalannya pertempuran, dan dampak perang tersebut.

– Lee Sun-hee, seorang aktivis hak asasi manusia dan pendiri organisasi “Comfort Women for Justice”. Ia adalah salah satu dari ribuan wanita Korea yang dipaksa menjadi budak seksual oleh tentara Jepang selama Perang Dunia II, dan kemudian menjadi korban kekerasan seksual oleh tentara PBB selama Perang Korea. Ia telah berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan kompensasi atas penderitaannya selama puluhan tahun.

– Park Jong-ho, seorang veteran perang dan mantan tentara Korea Selatan. Ia berpartisipasi dalam pendaratan Incheon sebagai anggota Divisi Ke-1 Marinir Korea Selatan, dan kemudian bertempur di berbagai medan perang lainnya. Ia menyaksikan secara langsung kebrutalan dan kengerian perang, serta kehilangan banyak teman dan keluarganya.

Berikut adalah cerita mereka:

Prof. Kim Young-ho: Latar Belakang dan Jalannya Pertempuran

Perang Korea tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai faktor historis, politik, dan ideologis. Salah satu faktor utamanya adalah pembagian Korea menjadi dua negara setelah Perang Dunia II, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada 1945. Korea Utara dikuasai oleh Uni Soviet, yang mendirikan rezim komunis di bawah pimpinan Kim Il-sung. Korea Selatan dikuasai oleh Amerika Serikat, yang mendukung pemerintahan demokratis di bawah pimpinan Syngman Rhee.

Kedua negara ini memiliki aspirasi untuk menyatukan kembali Korea sesuai dengan ideologi masing-masing, tetapi tidak ada kesepakatan yang tercapai. Sebaliknya, ketegangan antara kedua negara meningkat seiring dengan eskalasi Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. Pada 1949, kedua negara ini secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) dan Republik Korea (Korea Selatan). Garis paralel ke-38 menjadi batas de facto antara kedua negara.

Pada 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan serangan mendadak terhadap Korea Selatan, dengan tujuan untuk menyatukan kembali Korea di bawah komunisme. Serangan ini didukung oleh Uni Soviet, yang menyediakan persenjataan dan penasihat militer untuk Korea Utara. Korea Selatan tidak siap menghadapi serangan ini, dan pasukannya mundur ke selatan. Dalam waktu singkat, Korea Utara berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Korea Selatan, kecuali daerah sekitar Busan.

Korea Selatan meminta bantuan dari PBB, yang segera mengeluarkan resolusi untuk membentuk pasukan multinasional untuk membantu Korea Selatan. AS adalah negara yang paling aktif dalam membantu Korea Selatan, dengan mengirimkan ribuan tentara dan peralatan militer. Negara-negara lain yang ikut serta dalam pasukan PBB antara lain adalah Britania Raya, Kanada, Australia, Prancis, Turki, Filipina, dan Belanda.

Pada 15 September 1950, Jenderal MacArthur memimpin operasi pendaratan di Incheon, sebuah pelabuhan strategis di dekat Seoul. Operasi ini merupakan salah satu manuver militer paling berani dan brilian dalam sejarah perang. Pasukan PBB berhasil mengejutkan dan mengalahkan pasukan Korea Utara yang tidak menyangka adanya serangan dari belakang. Pasukan PBB kemudian bergerak cepat untuk merebut kembali Seoul dan memotong jalur pasokan musuh.

Operasi Incheon mengubah arah perang secara dramatis. Pasukan Korea Utara terpaksa mundur ke utara dengan keadaan kacau balau. Pasukan PBB mengejar mereka hingga ke dekat perbatasan dengan Tiongkok, dengan harapan untuk mengakhiri perang secepat mungkin. Namun, hal ini justru memicu reaksi dari Tiongkok, yang merasa terancam oleh kemajuan pasukan PBB.

Lee Sun-hee: Korban Kejahatan Perang

Saya adalah salah satu dari ribuan wanita Korea yang menjadi korban kejahatan perang selama Perang Dunia II dan Perang Korea. Saya lahir pada 1932 di sebuah desa kecil di provinsi Gyeonggi. Saya tumbuh dalam keluarga petani yang miskin, tetapi bahagia. Saya bercita-cita menjadi guru, tetapi cita-cita saya hancur ketika Jepang menjajah Korea.

Pada 1943, ketika saya berusia 11 tahun, saya diculik oleh tentara Jepang dan dibawa ke sebuah rumah bordil militer di Manchuria. Di sana, saya dipaksa menjadi budak seksual bagi tentara Jepang. Saya diperkosa berkali-kali setiap hari oleh berbagai pria yang tidak saya kenal. Saya tidak diberi makan dengan baik, tidak diberi obat-obatan, dan tidak diperlakukan sebagai manusia. Saya sering dipukuli, disiksa, dan dihina oleh para pelaku.

Saya tidak tahu berapa lama saya bertahan di sana. Saya hanya ingat bahwa pada 1945, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, saya berhasil melarikan diri dari rumah bordil bersama beberapa wanita lainnya. Kami berjalan tanpa tujuan selama beberapa hari, sampai kami bertemu dengan tentara Soviet yang juga masuk ke Manchuria. Kami berharap mereka akan membantu kami, tetapi ternyata mereka malah memperkosa kami juga.

Saya tidak tahu bagaimana saya bisa selamat dari pengalaman itu. Saya hanya berdoa kepada Tuhan agar memberi saya kekuatan untuk hidup. Saya akhirnya berhasil kembali ke Korea pada 1946, setelah mendapatkan bantuan dari Palang Merah Internasional. Saya mencoba mencari keluarga saya, tetapi saya tidak menemukan mereka. Saya mendengar bahwa mereka semua tewas dalam perang.

Saya merasa tidak punya harapan lagi. Saya merasa malu dan bersalah atas apa yang terjadi pada saya. Saya merasa tidak pantas hidup sebagai wanita lagi. Saya mencoba bunuh diri beberapa kali, tetapi gagal. Saya kemudian hidup sebagai pengemis

Sumber: 

(1) Peristiwa Sejarah 15 September, Hari Demokrasi Internasional hingga …. https://medan.tribunnews.com/2023/09/15/peristiwa-sejarah-15-september-hari-demokrasi-internasional-hingga-perang-saudara-korea.

(2) Perang Korea – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea.

(3) 15 September 1950: Pasukan AS Mendarat di Incheon Usai Perang Korea …. https://www.liputan6.com/global/read/4658069/15-september-1950-pasukan-as-mendarat-di-incheon-usai-perang-korea-meletus.

(4) Perang Korea: Penyebab, Jalannya Pertempuran, Penyelesaian, dan Dampak. https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/28/160000879/perang-korea-penyebab-jalannya-pertempuran-penyelesaian-dan-dampak.

(5) Latar Belakang Perang Korea – Kompas.com. https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/12/150000179/latar-belakang-perang-korea.

(6) Siapa yang Terlibat dalam Perang Korea? – Kompas.com. https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/06/200000479/siapa-yang-terlibat-dalam-perang-korea-.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article