Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup di planet lain? Mungkin Anda berpikir bahwa Mars adalah pilihan yang paling masuk akal, mengingat jarak dan kemiripannya dengan Bumi. Namun, ternyata ada planet lain yang lebih dekat dan lebih mirip dengan Bumi, yaitu Venus. Planet yang juga disebut sebagai “bintang timur” atau “bintang kejora” ini memiliki ukuran, massa, dan komposisi yang hampir sama dengan Bumi. Sayangnya, Venus juga memiliki kondisi permukaan yang sangat ekstrem, yang membuatnya tampak seperti neraka bagi kehidupan berbasis air seperti kita.
Namun, apakah itu berarti bahwa Venus selalu tidak ramah bagi kehidupan? Atau apakah ada kemungkinan bahwa Venus pernah memiliki lingkungan yang layak huni di masa lalu, atau bahkan masih memiliki kehidupan yang tersisa di atmosfernya saat ini? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menggugah minat para ilmuwan astrobiologi, yang mempelajari asal-usul, evolusi, dan distribusi kehidupan di alam semesta.
Salah satu berita terbaru yang mengejutkan dunia ilmiah adalah penemuan gas fosfin di atmosfer Venus oleh para peneliti NASA dan mitra internasional mereka. Gas fosfin adalah gas beracun dan berbau busuk yang biasanya dihasilkan oleh organisme hidup di Bumi, seperti bakteri anaerob. Gas ini sangat sulit untuk dijelaskan keberadaannya di Venus tanpa adanya kehidupan, karena proses geologis atau kimiawi yang mungkin menghasilkannya membutuhkan kondisi yang sangat tidak mungkin terjadi di planet tersebut. Penemuan ini dipublikasikan pada tahun 2020 dalam jurnal Nature Astronomy, setelah para peneliti mengamati spektrum cahaya dari atmosfer Venus menggunakan teleskop James Clerk Maxwell (JCMT) di Hawaii dan observatorium Atacama Large Millimeter Array (ALMA) di Chile.
Tentu saja, penemuan ini tidak serta-merta membuktikan bahwa ada kehidupan di Venus. Masih ada banyak kemungkinan lain yang harus dipertimbangkan dan diselidiki lebih lanjut. Beberapa ilmuwan skeptis dan meragukan bahwa gas fosfin benar-benar berasal dari kehidupan. Misalnya, Profesor Dominic Papineau dari University College London mengatakan bahwa gas fosfin mungkin berasal dari proses geologis atau kimiawi yang belum diketahui. Namun, ada juga yang optimis dan percaya bahwa penemuan ini membuka pintu baru untuk eksplorasi kehidupan ekstraterestrial. Salah satunya adalah Dr. Michelle Thaller, seorang ilmuwan komunikasi NASA, yang mengatakan bahwa dia yakin bahwa ada kehidupan di suatu tempat, dan bahwa kita hanya perlu mencarinya.
Jika memang ada kehidupan di Venus, maka bentuknya pasti sangat berbeda dengan apa yang kita kenal di Bumi. Kita tidak bisa mengharapkan adanya hewan atau tumbuhan di permukaan Venus, karena suhunya mencapai hampir 735 K (462 °C; 863 °F) dan tekanan atmosfernya 92 kali lipat dari Bumi. Kita juga tidak bisa mengharapkan adanya lautan atau sungai di Venus, karena air akan mendidih atau bahkan terurai menjadi hidrogen dan oksigen oleh radiasi matahari. Namun, ada kemungkinan bahwa ada mikroorganisme ekstremofil yang bisa bertahan hidup di lapisan atas atmosfer Venus, yang memiliki suhu dan tekanan yang lebih moderat. Mikroorganisme ini mungkin bisa menggunakan gas fosfin sebagai sumber energi atau sebagai mekanisme pertahanan.
Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa Venus pernah memiliki lingkungan yang lebih bersahabat bagi kehidupan di masa lalu. Beberapa studi menunjukkan bahwa Venus mungkin pernah memiliki lautan dangkal di permukaannya sekitar 2 sampai 3 miliar tahun yang lalu, sebelum efek rumah kaca memanasinya. Jika demikian, maka ada waktu yang cukup bagi kehidupan untuk muncul dan berevolusi di Venus, sebelum akhirnya mengungsi ke atmosfer atau punah sama sekali.Kesimpulannya, meskipun masih ada keraguan dan perdebatan, penemuan gas fosfin di atmosfer Venus menunjukkan kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi. Ini adalah sebuah terobosan yang menarik dan menantang bagi para ilmuwan dan masyarakat umum. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita akan menemukan alien yang tinggal di planet tetangga kita.