Cuaca Panas dan Tak Kunjung Hujan: Fenomena Alam atau Akibat Perubahan Iklim?

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read
Ilustrasi cuaca Panas dan Tak Kunjung Hujan

jfid – Sudah hampir sebulan ini, merasakan cuaca yang panas dan kering. Padahal, menurut kalender musim, saat ini seharusnya sudah memasuki musim hujan. Namun, hujan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.

Bahkan, jika ada hujan, biasanya hanya sebentar dan tidak merata. Apa yang menyebabkan fenomena cuaca panas dan tak kunjung hujan ini? Apakah ini merupakan siklus alam yang normal atau akibat dari perubahan iklim yang semakin parah?

Berkurangnya Tutupan Awan

Salah satu faktor yang memengaruhi cuaca panas dan tak kunjung hujan adalah berkurangnya tutupan awan di langit. Awan berfungsi sebagai penghalang sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi. Jika awan sedikit atau tipis, maka sinar matahari akan lebih mudah menembus atmosfer dan menyebabkan suhu udara meningkat. Sebaliknya, jika awan banyak atau tebal, maka sinar matahari akan lebih sulit menembus atmosfer dan menyebabkan suhu udara menurun.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik.

Radiasi Matahari yang Optimum Mencapai Permukaan

Faktor lain yang memengaruhi cuaca panas dan tak kunjung hujan adalah radiasi matahari yang optimum mencapai permukaan bumi. Radiasi matahari merupakan energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari ke angkasa luar.

Radiasi matahari memiliki panjang gelombang yang bervariasi, mulai dari gelombang pendek seperti sinar ultraviolet (UV) hingga gelombang panjang seperti sinar inframerah (IR). Radiasi matahari juga dipengaruhi oleh posisi semu matahari terhadap bumi.

Pada akhir September hingga awal Oktober ini, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, yang berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya, dan pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari.

Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia.

Terjadinya Jeda Hujan

Faktor ketiga yang memengaruhi cuaca panas dan tak kunjung hujan adalah terjadinya jeda hujan. Jeda hujan merupakan periode waktu dimana curah hujan di suatu wilayah berkurang atau tidak ada sama sekali.

Jeda hujan bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya sirkulasi siklonik di sekitar Laut Natuna, barat Laut Kalimantan yang menahan massa uap air dari Asia, atau adanya blocking monsun Asia yang menghambat aliran angin basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia.

Jeda hujan bisa berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung dari kondisi atmosfer dan dinamika cuaca di wilayah tersebut. Jeda hujan menyebabkan kelembapan udara menurun, sehingga udara menjadi lebih kering dan panas.

Jeda hujan juga mengurangi proses pendinginan evaporatif, yaitu proses dimana suhu udara menurun akibat penguapan air dari permukaan tanah atau tumbuhan.

Akibat Perubahan Iklim

Selain faktor-faktor alam yang telah disebutkan di atas, ada juga faktor manusia yang turut andil dalam menyebabkan cuaca panas dan tak kunjung hujan, yaitu perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan perubahan kondisi iklim rata-rata di suatu wilayah atau di seluruh dunia dalam jangka waktu yang lama.

Perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O).

Gas rumah kaca berfungsi sebagai penjebak panas di atmosfer, sehingga mencegah sebagian radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi untuk keluar ke angkasa luar. Akibatnya, suhu bumi meningkat secara global, yang dikenal sebagai pemanasan global.

Pemanasan global menyebabkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di bumi, seperti mencairnya es kutub, naiknya permukaan laut, pergeseran pola musim, peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam, dan lain-lain.

Salah satu dampak perubahan iklim yang berkaitan dengan cuaca panas dan tak kunjung hujan adalah perubahan pola hujan. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2021, perubahan iklim menyebabkan pola hujan menjadi lebih ekstrem, yaitu daerah yang biasanya basah menjadi lebih basah, dan daerah yang biasanya kering menjadi lebih kering. Hal ini disebabkan oleh perubahan sirkulasi atmosfer dan lautan akibat pemanasan global.

Perubahan pola hujan ini berdampak pada ketersediaan air bersih, produksi pangan, kesehatan manusia, dan ekosistem. Di Indonesia, perubahan pola hujan dapat menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan lebih pendek. Selain itu, perubahan pola hujan juga dapat menyebabkan anomali cuaca, seperti hujan tapi panas atau hujan es.

Cara Mengatasi Cuaca Panas dan Tak Kunjung Hujan

Apakah Anda merasakan cuaca yang sangat panas dan kering akhir-akhir ini? Jika ya, Anda tidak sendirian. Cuaca panas dan tak kunjung hujan ini adalah fenomena yang terjadi di banyak daerah di Indonesia. Cuaca seperti ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan, lingkungan, dan ketersediaan air. Oleh karena itu, kita perlu melakukan beberapa langkah untuk mengatasinya, yaitu:

  • Memperbanyak minum air putih agar tubuh tetap terhidrasi dan tidak dehidrasi.
  • Memilih pakaian yang nyaman, ringan, dan cerah agar tubuh tidak mudah panas.
  • Menghindari olahraga atau aktivitas berat di luar rumah saat siang hari atau saat suhu tinggi.
  • Melindungi kulit dari sinar matahari yang berbahaya dengan menggunakan tabir surya atau alat pelindung lainnya.
  • Menjaga kebersihan pribadi dan sekitar agar terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan cuaca panas, misalnya diare, demam berdarah, atau infeksi pernapasan.
  • Menghemat air bersih dengan bijak agar tidak terjadi kekeringan atau krisis air.
  • Merawat tanaman atau tumbuhan dengan memberi air secukupnya dan melindungi dari terik matahari.

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, kita bisa mengurangi dampak negatif dari cuaca panas dan tak kunjung hujan ini. Selain itu, kita juga bisa berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi salah satu penyebab perubahan iklim. Mari kita peduli dengan lingkungan dan kesehatan kita!

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article