Slow Living: Gaya Hidup yang Lebih Baik atau Hanya Tren Sementara?

Rasyiqi
By Rasyiqi
5 Min Read
Slow Living: Gaya Hidup yang Lebih Baik atau Hanya Tren Sementara?

jfid – Slow living adalah gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih sederhana, santai, dan lebih sadar akan waktu dan lingkungan sekitar. Slow living bertujuan untuk membebaskan diri dari stres, cemas, dan depresi yang disebabkan oleh kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan. Slow living juga berarti menghargai hal-hal yang penting dan bermakna dalam hidup, seperti keluarga, teman, kesehatan, hobi, dan alam.

Slow living bukanlah konsep baru. Sebenarnya, slow living sudah ada sejak lama dalam berbagai budaya dan agama. Misalnya, dalam Islam, ada konsep tuma’ninah yang berarti ketenangan jiwa dan hati. Dalam Budha, ada konsep mindfulness yang berarti kesadaran penuh terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Dalam Taoisme, ada konsep wu wei yang berarti mengikuti aliran alam tanpa paksaan.

Namun, slow living mulai populer sebagai gerakan sosial pada akhir abad ke-20, sebagai respons terhadap kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan. Gerakan slow living dimulai dari gerakan slow food yang menentang budaya cepat saji dan industri makanan besar. Gerakan slow food mengajak orang untuk menikmati makanan lokal dan tradisional dengan cara yang lebih lambat dan penuh perhatian. Gerakan slow food kemudian berkembang menjadi gerakan slow yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti mode, perjalanan, kerja, dan konsumsi.

Slow living memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental kita. Dengan menjalani slow living, kita bisa mengurangi stres, cemas, dan depresi yang bisa menyebabkan berbagai penyakit. Kita juga bisa meningkatkan kualitas tidur, sistem kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon. Kita juga bisa meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan kualitas pekerjaan kita dengan fokus pada satu tugas dengan baik. Kita juga bisa meningkatkan hubungan dengan orang lain dengan lebih hadir, mendengarkan, dan berempati. Kita juga bisa meningkatkan kesadaran lingkungan dengan mengurangi konsumsi berlebihan dan memilih produk-produk yang ramah lingkungan.

Namun, slow living juga memiliki tantangan dan risiko tersendiri. Tidak semua orang bisa atau mau menjalani slow living dengan mudah. Ada beberapa faktor yang bisa menghambat atau mengancam praktik slow living kita, seperti:

  • Tuntutan pekerjaan atau lingkungan yang tidak sesuai dengan prinsip slow living. Misalnya, pekerjaan yang menuntut kita untuk bekerja cepat, multitasking, atau selalu tersedia. Lingkungan yang menuntut kita untuk bersaing, berprestasi, atau mengikuti tren.
  • Kurangnya dukungan atau pengertian dari orang lain terhadap pilihan kita untuk menjalani slow living. Misalnya, keluarga, teman, atau rekan kerja yang menganggap kita malas, tidak ambisius, atau tidak peduli.
  • Kurangnya informasi atau sumber daya untuk menjalani slow living dengan baik. Misalnya, kurangnya akses ke makanan lokal dan sehat, tempat-tempat wisata alam, atau komunitas-komunitas slow living.
  • Kurangnya komitmen atau konsistensi untuk menjalani slow living dengan serius. Misalnya, mudah tergoda oleh konsumsi atau pencapaian yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita.

Oleh karena itu, slow living bukanlah gaya hidup yang bisa dijalani oleh semua orang dengan cara yang sama. Setiap orang harus menyesuaikan slow living dengan situasi dan kondisi mereka masing-masing. Setiap orang juga harus mempertimbangkan manfaat dan risiko dari slow living bagi diri mereka sendiri.

Slow living bukanlah gaya hidup yang sempurna atau mutlak. Slow living juga bukanlah gaya hidup yang harus diikuti atau ditiru oleh semua orang. Slow living adalah gaya hidup yang bisa menjadi pilihan atau inspirasi bagi mereka yang ingin menjalani kehidupan yang lebih baik dan bahagia. Slow living adalah gaya hidup yang bisa berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia.

Slow living adalah gaya hidup yang lebih baik atau hanya tren sementara? Jawabannya tergantung pada kita masing-masing. Yang penting adalah kita bisa menemukan gaya hidup yang cocok untuk kita, tanpa harus mengikuti tren atau gaya orang lain. Yang penting adalah kita bisa menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran dan ketaatan kepada Allah, serta menghargai nikmat yang Allah berikan kepada kita. Yang penting adalah kita bisa meningkatkan kualitas dan manfaat dari apa yang kita lakukan tanpa harus menambah kuantitasnya. Yang penting adalah kita bisa membawa kita lebih dekat dengan Allah dan makhluk-Nya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article