Madec mencoba menembak Ben dengan senapannya, tapi Ben berhasil menghindar dan berlari ke belakang sebuah batu besar. Madec pun mengikuti Ben dengan mobilnya, sambil terus menembakinya.
Ben berusaha mencari tempat berlindung, tapi dia tidak bisa melawan Madec yang memiliki senjata dan kendaraan yang lebih unggul.
Madec akhirnya berhasil mengepung Ben di sebuah lembah sempit. Dia turun dari mobilnya dan menghadapi Ben dengan senjatanya. Dia memberi Ben dua pilihan: mati dengan cepat atau mati dengan lambat.
Jika Ben memilih mati dengan cepat, Madec akan menembaknya di kepala. Jika Ben memilih mati dengan lambat, Madec akan membiarkannya hidup, tapi tanpa air, makanan, pakaian, atau perlindungan apapun di tengah gurun yang panas dan kering.
Ben memilih mati dengan lambat, berharap bisa bertahan hidup dan mencari bantuan. Madec pun menyetujui pilihan Ben. Dia melepas semua pakaian dan barang-barang Ben, kecuali celana dalamnya. Dia juga memberi Ben sebuah pisau kecil, yang dia bilang sebagai hadiah belas kasihan. Madec kemudian menaiki mobilnya dan meninggalkan Ben di lembah itu.
Ben pun mulai berjuang untuk bertahan hidup di gurun. Dia mencari air, makanan, dan tempat berteduh dari matahari yang terik. Dia juga harus menghindari binatang buas, seperti ular, kalajengking, dan elang.
Sementara itu, Madec tidak benar-benar pergi dari gurun. Dia masih mengawasi Ben dari kejauhan dengan teleskopnya. Dia menikmati melihat Ben menderita dan berusaha mati-matian untuk hidup. Dia bahkan sesekali mengganggu Ben dengan menembakinya atau menghancurkan sumber air yang ditemukan Ben.
Madec menganggap perburuan Ben sebagai sebuah permainan yang menyenangkan. Dia merasa superior dan berkuasa atas Ben, yang dia anggap sebagai mangsa yang lemah dan bodoh. Dia juga merasa yakin bahwa dia tidak akan ketahuan oleh siapa pun, karena dia sudah menghapus semua jejak dan bukti yang bisa menghubungkannya dengan pembunuhan kakek itu.
Namun, Madec salah perkiraan. Ben ternyata tidak mudah menyerah. Dia memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa, berkat pengalamannya sebagai tentara.
Dia juga memiliki kecerdasan dan kreativitas yang tinggi, yang memungkinkannya untuk membuat perangkap dan senjata dari benda-benda yang ada di sekitarnya. Ben juga memiliki motivasi yang kuat untuk hidup, yaitu pacarnya, Laina, yang selalu ada di pikirannya.
Ben pun mulai melawan Madec dengan cara-cara yang tak terduga. Dia berhasil mengelabui Madec dengan membuat boneka dari batang kaktus dan pakaian yang ditinggalkan Madec.
Dia juga berhasil mencuri mobil Madec dan menggunakannya untuk melarikan diri. Dia bahkan berhasil melukai Madec dengan melemparkan sebuah batu yang dilekatkan dengan pisau kecil yang diberikan Madec.