Persahabatan Abadi atau Pernikahan Semu? Menelusuri Friendship Marriage di Jepang

zing By zing
4 Min Read
Persahabatan Abadi atau Pernikahan Semu? Menelusuri Friendship Marriage di Jepang
Persahabatan Abadi atau Pernikahan Semu? Menelusuri Friendship Marriage di Jepang
- Advertisement -

jfid – Di tengah masyarakat modern yang dinamis, konsep pernikahan dan keluarga mengalami evolusi yang signifikan.

Salah satu fenomena menarik yang muncul di Jepang adalah “friendship marriage” atau pernikahan berbasis persahabatan.

Ini adalah bentuk hubungan di mana dua individu menikah bukan karena cinta romantis, melainkan berdasarkan persahabatan dan tujuan hidup bersama.

Fenomena ini menawarkan perspektif baru tentang pernikahan dan sering kali mengaburkan batasan antara persahabatan dan hubungan pernikahan tradisional.

Ad image

Apa Itu Friendship Marriage?

Friendship marriage adalah pernikahan yang didasarkan pada hubungan persahabatan yang kuat antara dua individu.

Mereka memutuskan untuk menikah bukan karena adanya hubungan cinta romantis, tetapi karena mereka merasa nyaman satu sama lain dan ingin berbagi hidup bersama.

Ini bisa berarti berbagi tanggung jawab finansial, mendukung satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari, atau bersama-sama merawat anak.

Di Jepang, fenomena ini menjadi semakin populer, terutama di kalangan generasi muda yang mulai mempertanyakan nilai-nilai pernikahan tradisional.

Mengapa Memilih Friendship Marriage?

Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin memilih friendship marriage:

  1. Stabilitas dan Keamanan: Banyak orang merasa bahwa pernikahan berbasis persahabatan menawarkan stabilitas dan keamanan emosional yang lebih besar daripada pernikahan berbasis cinta romantis, yang bisa berubah seiring waktu.
  2. Kesamaan Tujuan Hidup: Dalam friendship marriage, pasangan biasanya memiliki tujuan hidup yang sejalan, seperti keinginan untuk tidak memiliki anak, fokus pada karir, atau keinginan untuk hidup mandiri tetapi dengan dukungan satu sama lain.
  3. Menghindari Tekanan Sosial: Di Jepang, ada tekanan sosial yang kuat untuk menikah. Friendship marriage bisa menjadi solusi bagi mereka yang ingin memenuhi harapan sosial tersebut tanpa terikat pada perasaan cinta yang mungkin tidak mereka miliki.
  4. Kemandirian dan Kebebasan: Pasangan dalam friendship marriage sering kali menikmati tingkat kemandirian dan kebebasan yang lebih besar. Mereka bisa memiliki ruang pribadi dan tidak merasa terikat oleh ekspektasi romantis yang seringkali melekat pada pernikahan tradisional.

Tantangan dan Kritikan

Meskipun menawarkan berbagai keuntungan, friendship marriage tidak lepas dari tantangan dan kritikan:

  1. Kurangnya Intimasi Romantis: Salah satu kritik utama terhadap friendship marriage adalah kurangnya komponen romantis dan intimasi, yang bagi banyak orang adalah esensi dari sebuah pernikahan.
  2. Stigma Sosial: Meskipun semakin diterima, masih ada stigma sosial terhadap mereka yang memilih bentuk pernikahan ini. Banyak yang masih memandang pernikahan sebagai institusi yang harus didasarkan pada cinta romantis.
  3. Masalah Hukum dan Administratif: Friendship marriage bisa menimbulkan komplikasi hukum dan administratif, terutama terkait hak waris, hak asuh anak, dan pengaturan keuangan.

Kesimpulan

Friendship marriage adalah refleksi dari perubahan sosial yang sedang berlangsung di Jepang dan banyak bagian dunia lainnya.

Ini menunjukkan bagaimana orang-orang mencari cara baru untuk menjalani hidup yang sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi mereka.

Meskipun mungkin tidak cocok untuk semua orang, friendship marriage menawarkan alternatif yang menarik bagi mereka yang mencari stabilitas dan dukungan dalam hubungan tanpa tekanan romantis tradisional.

Fenomena ini juga mengajak kita untuk berpikir lebih luas tentang definisi dan tujuan pernikahan.

Apakah pernikahan harus selalu didasarkan pada cinta romantis, ataukah bisa juga didasarkan pada persahabatan dan kerjasama yang tulus?

Pertanyaan ini membuka ruang untuk diskusi yang lebih mendalam tentang apa yang benar-benar penting dalam hubungan manusia.

- Advertisement -
Share This Article