Mira El Amir Peringati World’s Mental Health Day: Melukis Jiwa dari Luka

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jfid – Mira El Amir adalah seorang seniman visual yang tinggal di Karangasem, Bali. Ia memiliki latar belakang sebagai perancang busana, namun kini lebih fokus pada kanvas sebagai media ekspresinya.

Lewat lukisan-lukisannya, ia berbagi kisah perjalanan penyembuhan dan pengalaman terapi yang ia dapatkan dari workshop melukis bersama terapis, yang ia sebut sebagai #SoulPainting.

Mira El Amir tidak selalu bahagia seperti sekarang. Ia pernah mengalami dua kali kehilangan yang sangat menyakitkan dalam hidupnya.

Kehilangan pertama terjadi saat putra sulungnya, Sabda Jiwa, meninggal dunia karena menderita sakit jantung.

Belum sempat pulih, ia kembali mengalami keguguran saat mengandung anak keduanya. Dua tragedi itu membuatnya terpuruk dan depresi.

“Saya merasa hidup saya tidak ada artinya lagi. Saya merasa saya gagal sebagai ibu. Saya merasa saya tidak berhak bahagia,” kata Mira El Amir saat ditemui di rumahnya yang juga menjadi ruang kolaborasi bagi seniman-seniman setempat.

Namun, Mira El Amir tidak menyerah begitu saja. Ia mulai mencari cara untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari luka batin yang mendalam.

Salah satu caranya adalah dengan melukis. Ia mengaku bahwa melukis secara abstrak membantunya menyampaikan pikiran dan perasaan terdalamnya.

“Melukis itu seperti berbicara dengan diri sendiri. Saya bisa mengekspresikan apa yang ada di dalam hati saya tanpa harus takut dihakimi atau dikritik orang lain. Melukis itu juga seperti meditasi, saya bisa merasakan ketenangan dan kedamaian saat melukis,” ujarnya.

Mira El Amir juga mendapatkan bantuan dari seorang terapis yang membimbingnya dalam workshop melukis jiwa.

Dalam workshop tersebut, ia belajar untuk mengenal dirinya lebih baik, menerima keadaannya, dan melepaskan rasa bersalah dan sedihnya.

“Terapis itu sangat membantu saya. Dia mengajarkan saya bagaimana cara melihat sisi positif dari segala hal yang terjadi dalam hidup saya. Dia juga mengajarkan saya bagaimana cara mencintai diri sendiri dan orang lain dengan tulus,” tuturnya.

Dari workshop tersebut, Mira El Amir mendapatkan inspirasi untuk membuat pameran tunggalnya yang bertajuk “Colors of Grief”.

Pameran ini merupakan bentuk penghargaan bagi putranya yang telah tiada, sekaligus peringatan World’s Mental Health Day yang jatuh pada 10 Oktober.

“Colors of Grief” adalah kumpulan karya-karya Mira El Amir yang menggambarkan warna-warna kesedihan yang pernah ia rasakan dan berhasil ia lalui.

Ada 20 karya yang dipamerkan dengan berbagai media, seperti kanvas, patung, baju, video art, dan performance.

Salah satu karya yang paling menarik perhatian adalah patung jantung berbahan fiberglass yang berwarna-warni. Patung ini merupakan simbol dari jiwa Mira El Amir yang penuh cinta dan harapan.

“Karya ini adalah untuk mengingat anak saya. Saya ingin menyampaikan bahwa meskipun dia sudah tidak ada di dunia ini, dia tetap ada di hati saya. Saya juga ingin menyampaikan bahwa meskipun saya pernah sedih, saya tetap bisa bahagia dan bersyukur,” ungkapnya.

Mira El Amir berharap bahwa pameran ini bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental.

Ia percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik, dan salah satu caranya adalah dengan self-healing atau penyembuhan diri.

“Saya berharap pameran ini bisa membuat orang-orang sadar bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah kesehatan mental. Saya berharap mereka bisa mencari bantuan yang tepat, baik dari profesional maupun dari diri sendiri. Saya berharap mereka bisa menemukan cara untuk menyembuhkan diri mereka dengan cara yang kreatif dan positif,” pungkasnya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article