Namun, respons negatif dari masyarakat terhadap ekspresi kasih sayang ini menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi Betrand.
Sarwendah mengungkapkan bahwa Betrand kini mengalami trauma dan perubahan sikap.
Anak yang dulunya ceria dan penyayang, kini menjadi lebih pemurung dan canggung ketika harus dekat dengan Sarwendah.
“Murung pasti, perubahan sikap iya. Kita kalau jalan kadang-kadang di belakang set (gandeng) eh (Onyo) takut nggak jadi (gandeng tangan Sarwendah),” ujar Sarwendah.
Betrand bahkan sempat merasa takut untuk pulang ke Jakarta dan memilih untuk tetap tinggal di NTT.
Trauma akibat fitnah dan komentar negatif dari netizen membuatnya ragu untuk kembali ke lingkungan di mana ekspresi kasih sayangnya disalahartikan.
“Kemaren itu dia sempet balik (NTT), kemarin itu sempet dia ‘gimana ya apa aku di sini aja apa aku harus balik’,” cerita Sarwendah dengan nada sedih.
Menegaskan Hubungan Ibu-Anak
Sarwendah dengan tegas membantah semua tuduhan memiliki hubungan terlarang dengan Betrand.
Dia menegaskan bahwa Betrand adalah anaknya dan tidak ada hubungan lain selain hubungan ibu dan anak.
Menurutnya, diam selama ini bukanlah solusi karena justru memperkuat fitnah yang beredar.
“Karena pertama, kukira diam itu emas kayak kata orang, ternyata enggak ya, yang ada malah dicaci, katanya diam seperti mengiyakan,” kata Sarwendah.
Menghadapi berbagai tuduhan dan fitnah, Sarwendah memutuskan untuk berbicara terbuka demi menjaga kehormatan keluarga dan kesehatan mental anak-anaknya.
Dia tidak ingin Betrand maupun anak-anaknya yang lain merasa bahwa ibunya tidak membela mereka di saat mereka diserang dengan komentar jahat.
“Aku begini juga membela anak-anak, aku nggak mau mereka lihat ibunya diam aja nggak ngelawan,” tukasnya.
