jfid – Tupai atau bajing adalah hewan pengerat yang sering ditemukan di hutan, kebun, atau perkotaan. Tupai memiliki tubuh yang kecil, bulu yang berwarna-warni, dan ekor yang panjang dan berbulu. Tupai termasuk hewan omnivora, yang artinya mereka memakan tumbuhan dan hewan. Tupai suka memakan buah-buahan seperti buah kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, serangga, telur burung, dan kadang-kadang hewan kecil lainnya.
Kisah Asmariyanto, warga desa Bangselok, kecamatan kota Sumenep, kabupaten Sumenep, Madura. Asmari hobi berburu Tupai, sehari bisa mencapai 60-100 ekor. Di pulau garam ia dikenal sebagai sniper Tupai. Karena ia hanya berburu Tupai, bukan burung atau hewan lainnya.
Karena hewan tupai oleh para petani dianggap sebagai hama, terutama pertanian pohon kelapa. Asmariyanto diundang atau diminta oleh masyarakat desa untuk berburu tupai di kebun atau di desanya.
Setiap selesai dalam pemburuannya, warga desa mengucapkan terimakasih dengan memberi jamuan kelapa muda dan uang pengganti peluru.
“Iya, setelah selesai berburu, warga biasanya memberi penghargaan sebagai hasil berburu tupai, sebagai pengganti atau untuk membeli peluru,” terang Asmariyanto, saat dihubungi jurnalfaktual.id. Selasa malam (5/9/2023).
Jenis senapan yang digunakan Asmariyanto dalam berburu adalah FX Kron PCP OD38. Untuk jarak jauh ia menggunakan Marader.
Asmariyanto mengungkapkan, jika Tupai bisa digunakan sebagai obat gatal-gatal, kencing manis, dan sesak nafas. Selain itu, Pesan moral Asmariyanto tentang pentingnya menjaga habitat alam.
Pesan moral yang disampaikan Asmariyanto soal berburu. “Berburu jangan ngawur. Jangan tembak burung-burung di hutan atau di perkebunan. Klo mau berburu jangan ngawur,” tukas Asmariyanto.
Lokasi perburuan Asmariyanto biasanya di desa Tenonan, Parsanga, Dungkek, Rubaru, dan bergantung pada undangan warga desa yang membutuhkan keahliannya dalam menembak.
Meskipun tupai terlihat menggemaskan dan lucu, mereka juga bisa menjadi hama yang merugikan bagi manusia. Tupai sering merusak tanaman pertanian, kebun buah, atau tanaman hias dengan menggigit atau mengoyak daun, batang, bunga, atau buah. Tupai juga bisa menularkan penyakit seperti leptospirosis, rabies, atau tularemia. Selain itu, tupai juga bisa menyebabkan kerusakan pada rumah atau bangunan dengan menggerogoti kabel listrik, pipa air, isolasi, atau kayu.
Oleh karena itu, banyak orang yang melakukan berburu tupai sebagai cara untuk mengendalikan populasi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini. Berburu tupai juga menjadi hobi bagi sebagian orang yang menyukai tantangan dan sensasi berburu hewan liar. Berburu tupai biasanya dilakukan dengan menggunakan senapan angin, senapan pcp, ketapel, atau perangkap. Berburu tupai juga bisa memberikan manfaat ekonomis bagi pemburu, karena daging tupai bisa dimakan atau dijual, sedangkan kulit tupai bisa dijadikan bahan kerajinan atau aksesoris.
Namun, berburu tupai juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Tupai merupakan bagian penting dari rantai makanan di alam, karena mereka menjadi mangsa bagi predator seperti ular, elang, musang, atau luwak. Tupai juga berperan sebagai penyebar biji-bijian dan polinator bunga. Jika populasi tupai berkurang drastis akibat perburuan yang berlebihan, maka akan mengganggu ketersediaan makanan bagi predator dan reproduksi tanaman.
Untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih mendalam tentang isu berburu hama tupai ini, kami menghubungi beberapa narasumber yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam bidang yang terkait. Berikut adalah cerita dan pendapat mereka:
Asmariyanto mengaku tidak pernah merasa bersalah atau kasihan kepada tupai yang diburunya. Menurutnya, berburu tupai adalah solusi yang tepat untuk mengatasi hama yang merugikan petani. Dia juga mengklaim bahwa berburu tupai tidak melanggar hukum atau aturan apapun.
“Saya berburu tupai itu bukan untuk main-main atau iseng. Saya berburu tupai itu untuk melindungi tanaman dari kerusakan. Saya juga tidak sembarangan menembak, saya hanya menembak tupai yang ada di kebun. Saya juga tidak pernah menembak hewan lain selain tupai. Saya rasa tidak ada yang salah dengan berburu tupai,” tegas Asmariyanto.
Cerita Pak Andi (Pecinta Hewan)
Pak Andi adalah seorang aktivis lingkungan dan pecinta hewan yang tinggal di Surabaya. Dia sudah lebih dari 5 tahun menjadi relawan di sebuah organisasi yang peduli terhadap perlindungan dan kesejahteraan hewan. Dia bercerita bahwa dia sering mendengar dan melihat kasus-kasus perburuan tupai yang dilakukan oleh orang-orang dengan alasan hobi atau mengendalikan hama.
“Saya sangat prihatin dan sedih melihat nasib tupai yang diburu oleh manusia. Tupai adalah makhluk hidup yang berhak mendapatkan perlindungan dan penghormatan dari manusia. Tupai juga memiliki peran penting bagi lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Memburu tupai tanpa alasan yang kuat dan tanpa memperhatikan dampaknya adalah tindakan yang kejam dan tidak bertanggung jawab,” kata Pak Andi.
Pak Andi mengatakan bahwa dia sering melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan dan menjaga keberadaan tupai di alam. Dia juga sering melakukan advokasi dan lobi kepada pemerintah untuk membuat aturan atau kebijakan yang melarang atau mengatur perburuan tupai.
“Saya berharap agar masyarakat bisa lebih sadar dan peduli terhadap tupai. Jangan hanya melihat tupai sebagai hama atau sumber penghasilan, tapi lihatlah tupai sebagai teman dan sahabat kita di bumi ini. Jika kita ingin berburu tupai, kita harus memastikan bahwa kita memiliki alasan yang kuat dan rasional, serta memperhatikan dampak jangka panjangnya bagi lingkungan dan ekosistem. Kita juga harus mengikuti aturan atau kebijakan yang berlaku, serta menghormati hak-hak tupai sebagai makhluk hidup,” ujar Pak Andi.
Penjelasan Rudi (Pakar Biologi)
Rudi adalah seorang pakar biologi yang bekerja di sebuah universitas negeri di Malang. Dia sudah lebih dari 15 tahun melakukan penelitian dan pengajaran tentang biologi, khususnya tentang hewan pengerat seperti tupai. Dia bercerita bahwa dia memiliki banyak pengetahuan dan wawasan tentang karakteristik, perilaku, dan fungsi ekologis tupai.
“Tupai adalah hewan pengerat yang termasuk dalam ordo Rodentia dan famili Sciuridae. Tupai memiliki lebih dari 200 spesies yang tersebar di seluruh dunia, kecuali Australia, Madagaskar, dan Antartika. Tupai memiliki adaptasi morfologi dan fisiologi yang memungkinkan mereka hidup di berbagai habitat, mulai dari hutan tropis, padang rumput, sampai perkotaan. Tupai juga memiliki adaptasi perilaku yang membuat mereka bisa bertahan hidup dari predator, seperti berlari cepat, melompat jauh, bergantung pada ekor, atau bersembunyi di lubang.”,”Tupai juga memiliki fungsi ekologis yang penting bagi lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Tupai merupakan bagian dari rantai makanan di alam, karena mereka menjadi mangsa bagi predator seperti ular, elang, musang, atau luwak. Tupai juga berperan sebagai penyebar biji-bijian dan polinator bunga.