jfid – Prajogo Pangestu, pemilik Grup Barito Pacific, baru-baru ini mencatatkan namanya sebagai orang terkaya di Indonesia, menggeser Low Tuck Kwong dan Duo Hartono (Robert Budi Hartono dan Michael Hartono).
Menurut laporan Forbes Real Time Billionaires, kekayaan Prajogo mencapai US$ 38,7 miliar atau setara dengan Rp 607,59 triliun.
Kenaikan drastis dalam kekayaan Prajogo disinyalir berasal dari perusahaan-perusahaannya yang melantai di bursa saham Indonesia, seperti saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Namun, perjalanan menuju puncak kekayaan ini tidaklah mudah. Prajogo, lahir dengan nama Phang Djoen Phen pada 13 Mei 1944, adalah putra seorang pedagang karet dan menghadapi keterbatasan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah. Pada 1960-an, ia bahkan pernah menjadi sopir angkot.
Karir bisnisnya dimulai ketika bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia, Burhan Uray, yang mengajaknya bergabung di perusahaan industri kayu, PT Djajanti Group.
Prajogo kemudian dipercaya menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur pada 1976. Hanya setahun berkarier, Prajogo memutuskan untuk keluar dan memulai bisnisnya dengan membeli CV Pacific Lumber Coy.
Sebagai taipan perkayuan terbesar di Indonesia sebelum Krisis Ekonomi 1997, Prajogo mengawali bisnisnya pada akhir 70-an di bawah perusahaan Djajanti Timber Group dan membentuk Barito Pacific.
Dengan konsesi hutan lebih dari 6 juta hektar, meskipun operasi pemotongan kayunya kini lebih kecil, kekayaannya masih melimpah di Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen ‘polypropylene’ terbesar di Indonesia.
Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia pada 2019 dengan kekayaan bersih US$7,6 miliar. Pada 13 Agustus 2019, Ia dianugerahi Bintang Jasa Utama oleh Presiden Joko Widodo.
Kini, Prajogo Pangestu berhasil menempati posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia. Kisah hidupnya menegaskan bahwa dengan kerja keras, kegigihan, dan sejumput keberuntungan, seseorang bisa meraih kesuksesan, bahkan dari titik terendah sekalipun.