Antara Zakar dan Dzikir

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jfid – Zakar (pelir), kau pasti punya alat kelamin itu. Adalah sebagai senjata utama untuk menggencati perempuan. Zakar juga sebagai syarat tunggal bagi seseorang jika ingin dianggap laki-laki.

Percaya tidak percaya, laki-laki masih bisa ‘sombong’ selama masih punya zakar yang masih bisa tegang. Ia bisa menjadi Playboy, mempermainkan perempuan dan sebagainya. Ia seperti raja diantara para perempuan dalam dunia kelamin.

Sedangkan Zikir adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Zikir juga merupakan sebuah aktivitas ibadah dalam umat Muslim untuk mengingat Allah.
Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur’an.

Secara Etimologi zikir memiliki arti “menyebut”, “mengingat” atau “berdoa”, kata zikir juga berarti memori, pengajian. Dalam bahasa agama Islam zikir sering didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah dengan lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.

Maka dalam diri seseorang ada hal yang zahir (tampak) dan ada yang batin (tidak tampak). Zakar adalah sebuah epistema hal yang tampak, mendefinisikan dan mewakilkan hal-hal tampak lainnya. Bahkan dalam sebuah kebudayaan tertentu Zakar menjadi simbol tertentu.

Berangkat ke Bali anda akan menemukan souvernir mirip dengan zakar milikmu, disebut Lolok. Menuju Jepang, setiap tahun, hari Minggu pertama bulan April di peringati Kanamara Matsuri atau “hari alat kelamin pria”.

Di korea ada taman yang dipenuhi patung-patung berbentuk penis di Samcheok Haesindang Park atau Taman Haesindang. Jerman juga punya patung raksasa di pegunungan Gruten dan di Indonesia terdapat prasasti Megalitik berbentuk penis di Tanah Datar, Sumatera Barat.

Zakar sebagai simbol kekuatan dan kesuburan telah dipercayai turun temurun. Apabila Zakarmu bermasalah maka habislah sudah separuh jiwa laki-lakimu. Karena simbol itu; laki-laki beristri bisa poligami. Nambah istri, sunnah rasul atau tidak; zakar fungsinya tetap sama sejak dahulu kala.

Namun manusia terikat pada aturan pakainya. Zakar tidak bisa digunakan sembarangan. Maka dalam Islam, menggunakan Zakar secara legal harus melalui jalur halal; nikah. Islam menjatah satu zakar untuk satu farji (vagina).

Maka poligami adalah legalitas lain. Tak heran banyak tokoh ustadz atau tokoh agama memilih poligami sebagai jalan lainnya. Satu kata yang terkesan “angker” bagi para perempuan di seluruh dunia, termasuk sang bidadari surga Siti Fatimah AS. (Ṣaḥîḥ Muslim). Beliau adalah perempuan suci dan jujur yang memilih mengungkapkan isi hatinya dari pada munafik dan berpura-pura tegar.

Zakar memiliki sifat baik. Ia tidak pernah menonjolkan diri, tapi dia akan tampil paling depan saat dibutuhkan, Mr P tidak pernah menonjolkan diri, tapi dia akan tampil paling depan saat dibutuhkan. Zakar tidak menjadi sombong dan besar kepala, tetapi justru merendah dengan mengecilkan diri apabila sukses menyelesaikan misi dan mencapai target. Itu seharusnya.

Tapi apakah kau pernah mensyukuri nikmat zakar yang Tuhan berikan? Apakah kau pernah mengucapkan ‘alhamdulillah Tuhan, kau sudah berikan zakar untukku’. Pernah? Belum ya?

Saya pernah menulis di tulisan berjudul Hati-Hati Buaya Religius, bahwa bagaimanapun cantik dan anggunnya perempuan, jika sudah menjadi istri akan luntur kecantikannya seiring waktu. Perawatan sudah habis puluhan juta nggak mempan melawan bosan dan terkadang laki-laki butuh variasi saja. Misalnya cuci mata ke tempat keramaian, melihat pemandangan seksi, atau nonton ciwi-ciwi Tiktok goyang pamer payudara dan pantat.

Nah, kalau ustadz, orang yang dikenal dengan ahli agama bagaimana bisa melihat dosa macam begini. Apa kata pengikutnya nanti. Bisa ambruk harga diri. Mending poligami, memilih menyiksa hati istri sendiri.

Iya, saya tahu, ada istri yang bisa ikhlas berbagi zakar cinta suami, demi surga. Tapi percaya saya, istri tersebut sudah nggak punya rasa cinta terhadap sang suami. Ia hanya menghormatinya dan ia rela menahan sakit dan menyimpannya dalam-dalam bersama pengharapan yang besar akan kebahagian yang hakiki setelah mati. Bahkan sudah tidak punya harapan apa-apa lagi terhadap cinta selain cinta kepada Tuhan.

Parahnya, istri tersebut seperti seorang pelacur, yang melayani suaminya tapi di hatinya tak ada rasa cinta.

Zakar dan Zikir itu serupa tapi tak sama. Zakar terdiri dari huruf yang sama, dalam bahasa Indonesia hanya beda hufu vokal saja. Sedangkan, dalam bahasa arab hanya beda harkatnya. Itu artinya, godaan terbesar dari zikir adalah Zakar. Semakin anda ingin ‘dekat’ kepada Tuhan, semakin besar godaan melalui zakar.

Buktinya, prostitusi tidak pernah mati dan kasus pelecehan seksual tokoh agama juga sering muncul di pemberitaan. Sex tak memandang siapa, orang berpendidikan atau tak berpendidikan, agamis atau tidak agamis, baik agamanya atau tidak baik agamanya, santri maupun berandalan; sama saja. Rumusnya ada diantara zakar dan zikir. Semakin jiwa diasah dengan zikir, maka zakar akan semakin bergejolak. Ini ujian, dan kadar iman kadang tidak kuat menopangnya. Butuh akal sehat di terdepan.

Itulah kenapa, manusia disebut dengan setengah binatang setengah malaikat. Zakar menunjukkan jiwa kebinatangannya sedangkan zikir menunjukkan jiwa kemalaikatannya. Ibaratnya, zikir itu di letaknya di kanan dan dan zakar itu di kiri dan ditengah-tengahnya manusia.

Jadi lebih mudah menjadi hewan atau menjadi malaikat daripada menjadi manusia itu sendiri. Manusia harus menyeimbangkan kedua unsur, agar tak mentok kiri atau tak mentok kanan. Selalu seimbang antara kanan dan kiri. Jika terlalu binatang, maka jiwa malaikat menariknya atau sebaliknya.

Zikiri bisa membuatmu dekat dengan penciptamu, sedang zakar bisa membuatmu dekat dengan syahwatmu.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article