Waspada! Bakteri Pemakan Daging Mewabah di Jepang, Ini Gejalanya!

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
3 Min Read
Waspada! Bakteri Pemakan Daging Mewabah di Jepang, Ini Gejalanya! (Ilustrasi)
Waspada! Bakteri Pemakan Daging Mewabah di Jepang, Ini Gejalanya! (Ilustrasi)
- Advertisement -

jfid – Jepang menghadapi krisis kesehatan baru dengan meningkatnya kasus sindrom syok toksik streptokokus (STSS) yang dipicu oleh bakteri Streptococcus Grup A. Infeksi ini telah menyebabkan necrotizing fasciitis, penyakit yang dikenal sebagai ‘pemakan daging’.

Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Jepang yang dilansir dari berbagai sumber menyebutkan hingga 2 Juni, jumlah kasus STSS telah mencapai 977, melampaui rekor tahun sebelumnya dengan 941 kasus. Dari Januari hingga Maret, sebanyak 77 kematian telah dilaporkan.

Mengenal Necrotizing Fasciitis

Necrotizing fasciitis adalah infeksi langka namun sangat serius yang disebabkan oleh bakteri.

Infeksi ini dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan otot dalam waktu singkat, sehingga disebut ‘pemakan daging’. Banyak kasus terjadi pada individu yang sebelumnya sehat.

Ad image

Sindrom Syok Toksik Streptokokus (STSS)

STSS merupakan komplikasi parah dari infeksi Streptococcus Grup A (GAS), khususnya Streptococcus pyogenes, yang juga menyebabkan radang tenggorokan.

Meskipun jarang terjadi, STSS sangat mematikan dengan tingkat kematian yang bisa melampaui 30%.

Bakteri ini bisa memasuki aliran darah, menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik, yang berujung pada tekanan darah rendah, kegagalan organ, dan kehilangan kesadaran.

Penyebaran Infeksi dan Tantangan di Jepang

Infeksi GAS di Jepang telah mengakibatkan necrotizing fasciitis, yang menyebar melalui lapisan kulit bagian bawah dan menyebabkan kematian jaringan.

Penyakit ini memerlukan intervensi bedah segera dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

Meskipun infeksi GAS tidak selalu menimbulkan dampak ekstrim, gejalanya meliputi pembengkakan, nyeri, ruam, dan radang tenggorokan.

Penyakit ini sering menular di kalangan anak-anak usia sekolah melalui kontak dekat.

Peningkatan Kasus STSS

Selama dua tahun terakhir, Jepang mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus STSS dan kematian terkait.

Pada Maret tahun ini, Institut Penyakit Menular Nasional Jepang melaporkan adanya peningkatan kasus yang signifikan.

Prediksi menunjukkan jumlah kasus bisa mencapai 2.500 tahun ini dengan tingkat kematian sebesar 30%.

Penyebab Lonjakan Infeksi

Para ahli belum sepenuhnya memahami penyebab lonjakan infeksi GAS di Jepang. Salah satu teori menyebutkan bahwa berbagai infeksi meningkat di era pascapandemi.

Selama pandemi, pembatasan sosial dan karantina mengurangi infeksi saluran pernapasan secara global, termasuk infeksi GAS. Namun, setelah pembatasan dilonggarkan, infeksi mulai meningkat kembali.

William Schaffner, Profesor Penyakit Menular di Universitas Vanderbilt, mengungkapkan bahwa setelah masyarakat kembali beraktivitas normal, infeksi seperti strep grup A mulai meningkat lagi.

Dengan meningkatnya jumlah kasus dan tingginya tingkat kematian, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan guna mengendalikan penyebaran penyakit mematikan ini.

Langkah-langkah ini bisa termasuk meningkatkan kebersihan pribadi, menjaga jarak sosial, dan segera mencari perawatan medis jika muncul gejala-gejala infeksi.

- Advertisement -
Share This Article