Virus Nipah di India yang Mematikan: Ancaman Pandemi Baru

Deni Puja Pranata
6 Min Read
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Manjurul
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Manjurul

jfid Kerala, India – Ketika Dr. Anoop Kumar mendengar bahwa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang dirawat di rumah sakit tempat ia bekerja meninggal karena infeksi virus Nipah, ia merasa seperti mimpi buruk yang terulang kembali.

Dr. Kumar adalah salah satu dokter yang menangani wabah virus Nipah pertama di India pada tahun 2018, yang menewaskan 17 dari 18 pasien yang terinfeksi. Ia ingat betul bagaimana ia dan rekan-rekannya berjuang untuk menyelamatkan nyawa pasien, sambil menghadapi ketakutan, kebingungan, dan stigma dari masyarakat.

“Kami tidak tahu apa yang sedang kami hadapi. Kami tidak tahu bagaimana virus ini menular, bagaimana cara mencegahnya, atau bagaimana cara mengobatinya. Kami hanya tahu bahwa virus ini sangat mematikan dan bisa menyebar dengan cepat,” kata Dr. Kumar. 

Virus Nipah adalah virus zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, termasuk dalam genus Henipavirus dan keluarga virus Paramyxoviridae. Virus ini dapat ditemukan pada inang alaminya, yakni kelelawar buah (genus Pteropus).

Virus ini dapat menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi asimtomatik (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis fatal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian akibat virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen.

Virus Nipah pertama kali terdeteksi di Malaysia pada tahun 1998, saat menyerang peternakan babi dan menyebabkan 100 orang meninggal dan menginfeksi hampir 300 orang. Sejak itu, virus ini telah menyebar ke beberapa negara di Asia, termasuk Singapura, Bangladesh, dan India.

Penularan virus Nipah dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar atau babi. Selain itu, virus ini juga dapat menular melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antarmanusia melalui kontak dekat dengan sekresi dan ekskresi orang. 

Gejala infeksi virus Nipah bervariasi, mulai dari demam, sakit kepala, mual, batuk, sesak napas, hingga kejang, koma, dan kematian. Masa inkubasi virus ini berkisar antara empat hingga 14 hari.

Saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus Nipah. Pengobatan yang diberikan hanya bersifat suportif untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Pencegahan infeksi virus Nipah meliputi menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi, memastikan kebersihan makanan dan minuman, serta mengisolasi dan melacak kontak orang yang terinfeksi. 

Dr. Kumar mengatakan bahwa pengalaman menghadapi wabah virus Nipah pada tahun 2018 telah membuatnya dan rekan-rekannya lebih siap untuk menghadapi kasus baru yang muncul pada akhir Agustus 2023 lalu. Ia mengatakan bahwa protokol kesehatan telah diperbaiki dan disosialisasikan kepada petugas kesehatan dan masyarakat.

“Kami telah belajar dari kesalahan kami. Kami telah memperkuat sistem surveilans kami untuk mendeteksi kasus dini dan melakukan testing massal. Kami juga telah meningkatkan fasilitas isolasi dan perlindungan diri bagi petugas kesehatan. Kami juga telah melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan mereka,” ujarnya.

Namun, Dr. Kumar mengakui bahwa tantangan yang dihadapi masih besar. Ia mengatakan bahwa virus Nipah memiliki potensi untuk menjadi pandemi baru yang lebih berbahaya dari Covid-19, karena tingkat kematian dan penularannya yang tinggi.

“Virus Nipah adalah ancaman nyata bagi kesehatan global. Virus ini bisa menyebar melalui berbagai cara, baik melalui hewan, makanan, atau manusia. Virus ini juga bisa bermutasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Virus ini juga sulit dideteksi karena gejalanya mirip dengan penyakit lain,” katanya.

Dr. Kumar menambahkan bahwa virus Nipah juga dapat menyebabkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, seperti yang terjadi pada tahun 2018. Ia mengatakan bahwa banyak orang yang mengalami diskriminasi, isolasi, dan kehilangan mata pencaharian akibat wabah virus Nipah.

“Kami pernah melihat bagaimana virus Nipah merusak kehidupan banyak orang. Banyak orang yang takut dan menjauhi kami, bahkan keluarga kami sendiri. Banyak peternak babi yang bangkrut dan kehilangan sumber penghasilan mereka. Banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah dan bermain dengan teman-teman mereka,” ungkapnya.

Untuk itu, Dr. Kumar mengimbau agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada dan patuh terhadap protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Ia juga berharap agar pemerintah dan komunitas internasional dapat memberikan dukungan dan kerjasama untuk mencegah penyebaran virus Nipah lebih luas.

“Kami tidak bisa sendirian dalam menghadapi virus Nipah. Kami membutuhkan bantuan dan solidaritas dari semua pihak. Kami membutuhkan sumber daya dan fasilitas yang memadai untuk menangani kasus-kasus yang ada. Kami juga membutuhkan penelitian dan pengembangan untuk mencari vaksin dan obat yang efektif untuk virus Nipah,” pungkasnya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article