jfid – Suasana malam yang tenang berubah menjadi momen penuh kepanikan dan ketakutan ketika suara ledakan keras menghancurkan kedamaian di kamp pengungsi di Rafah, Gaza.
Pada Minggu (26/5) malam, serangan udara Israel memicu kebakaran hebat yang merenggut nyawa 45 orang, termasuk banyak perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Di antara kepulan asap dan api yang berkobar, Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina, menceritakan detik-detik mengerikan saat serangan terjadi. “Kami sedang berdoa dan menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur.
Tidak ada yang aneh, kemudian kami mendengar suara yang sangat keras, dan api muncul di sekitar kami,” ungkapnya, seperti dikutip Reuters. “Semua anak mulai berteriak. Suaranya menakutkan; kami merasa seperti logam akan menimpa kami, dan pecahan peluru berjatuhan ke dalam ruangan.”
Kamp pengungsian di Tel Al-Sultan, tempat ribuan orang mencari perlindungan setelah serangan darat Israel dua minggu sebelumnya, menjadi saksi bisu atas tragedi kemanusiaan ini.
Rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan api berkobar dalam kegelapan, disertai teriakan panik warga yang mencoba memadamkan api dengan alat seadanya.
Menurut pejabat kesehatan di Gaza, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat karena banyak korban yang menderita luka bakar parah. Laporan dari organisasi bantuan internasional, ActionAid UK, mencatat jumlah korban mencapai 50 orang.
“Anak-anak, perempuan, dan laki-laki terbakar hidup-hidup di bawah tenda dan tempat berlindung mereka,” ungkap ActionAid, dikutip PressTV. Mereka menyebut tempat penampungan yang seharusnya menjadi tempat berlindung aman malah menjadi lokasi kekerasan brutal oleh Israel.
Militer Israel berdalih bahwa serangan tersebut ditargetkan pada komandan Hamas di Rafah, berdasarkan “intelijen yang tepat”. Mereka mengklaim serangan itu berhasil membunuh kepala staf Hamas di Tepi Barat dan pejabat Hamas lainnya yang bertanggung jawab atas serangan roket ke Israel.
Namun, dunia internasional mengecam keras tindakan ini. Sejumlah komunitas internasional mendesak Israel untuk menghentikan serangan dan mematuhi hukum internasional, menyusul keputusan pengadilan tinggi PBB pada Jumat (26/5) yang memerintahkan Israel menghentikan agresi di Gaza.
Tragedi ini merupakan bagian dari agresi yang telah memasuki bulan kedelapan, membuat ribuan warga Palestina terus bergegas ke rumah sakit, mempersiapkan jenazah keluarga mereka untuk dimakamkan. Keputusasaan dan kesedihan mendalam menyelimuti warga Gaza, sementara dunia menyaksikan horor yang tak kunjung berhenti di tanah Palestina.