jfid – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan sikapnya yang tegas dan empati terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza akibat serangan udara Israel yang telah menewaskan ribuan warga sipil Palestina.
Dalam sebuah pertemuan di Moskow, Putin mengkritik keras pihak-pihak yang diam atau bahkan mendukung agresi Israel terhadap Gaza, yang ia sebut sebagai orang-orang yang berhati batu.
“Saat Anda melihat anak-anak yang menderita dan berlumuran darah, tangan Anda terkepal dan air mata mengalir di mata Anda. Ini adalah reaksi orang normal mana pun. Jika tidak ada reaksi seperti itu, maka seseorang tidak memiliki hati, ia terbuat dari batu,” ujar Putin, dilaporkan Middle East Monitor.
Putin juga memperingatkan bahwa peristiwa tragis tersebut dapat dimanfaatkan untuk memicu kekerasan yang meluas di Timur Tengah dan kawasan lainnya. Ia menyalahkan Barat, terutama Amerika Serikat, sebagai dalang di balik konflik di Gaza, Ukraina, Afghanistan, Irak, dan Suriah.
“Mereka membutuhkan kekacauan terus-menerus di Timur Tengah. Oleh karena itu (Amerika Serikat) melakukan yang terbaik untuk mendiskreditkan negara-negara yang menuntut gencatan senjata di Jalur Gaza, menghentikan pertumpahan darah, dan siap memberikan kontribusi nyata untuk menyelesaikan krisis tersebut, dan tidak menjadi parasit di dalamnya,” ujar Putin.
Putin menunjukkan sikapnya yang berbeda dengan pemimpin Barat lainnya, yang cenderung bersikap lunak atau ambigu terhadap Israel. Ia mendukung gencatan senjata di Gaza dan solusi dua negara. Ia juga menerima delegasi Hamas di Moskow, yang membuat Israel geram.
Putin bukanlah sosok yang asing bagi dunia Arab. Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin yang paling berpengaruh di kawasan tersebut, terutama karena perannya dalam mendukung rezim Suriah melawan pemberontak dan kelompok teroris. Ia juga menjalin hubungan baik dengan Iran, Turki, Mesir, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk.
Namun, Putin bukanlah seorang filantropis yang peduli dengan nasib rakyat Palestina semata-mata karena kemanusiaan. Ia juga memiliki kepentingan strategis dan geopolitik di Timur Tengah, yang ia anggap sebagai wilayah yang penting bagi keamanan dan kekuasaan Rusia.
Dengan menunjukkan sikap yang pro-Palestina, Putin berharap dapat meningkatkan pengaruh dan citra Rusia di mata dunia Arab dan Muslim, yang merupakan mitra dagang dan politik yang potensial. Ia juga ingin mengimbangi pengaruh Amerika Serikat, yang selama ini mendominasi kawasan tersebut.
Selain itu, Putin juga ingin menjaga stabilitas di dalam negerinya sendiri, yang memiliki populasi Muslim yang cukup besar, terutama di wilayah Kaukasus Utara. Dengan bersimpati terhadap Palestina, Putin berusaha menghindari kemarahan dan protes dari warga Muslim Rusia, yang mungkin merasa tersinggung dengan kebijakan Israel.
Putin, yang merupakan mantan agen KGB, dikenal sebagai seorang politikus yang cerdas dan licik, yang mampu memanfaatkan setiap situasi untuk keuntungan dirinya sendiri. Ia juga dikenal sebagai seorang nasionalis yang keras, yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kepentingan dan kedaulatan Rusia.
Dengan demikian, sikap Putin terhadap krisis Gaza adalah sebuah perpaduan antara idealisme dan pragmatisme, antara emosi dan kalkulasi, antara hati dan otak. Ia mungkin bukanlah seorang berhati batu, tetapi ia juga bukanlah seorang berhati malaikat. Ia adalah seorang berhati Putin.