Ad image

Kisah Para Pengunjuk Rasa Pro-Palestina yang Berani Melawan Pasokan Militer AS untuk Israel

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
6 Min Read
Kisah Para Pengunjuk Rasa Pro Palestina Yang Berani Melawan Pasokan Militer As Untuk Israel
Pengunjuk rasa pro-Palestina menunda kapal pasokan militer yang berangkat dari Pelabuhan Oakland. Foto: Arab Resource and Organizing Center
- Advertisement -

jfid – Sebuah kapal kargo militer AS yang hendak berangkat ke Israel dengan membawa senjata dan peralatan perang mendadak terhenti di Pelabuhan Oakland, California. Penyebabnya adalah aksi protes dari ratusan orang yang menuntut gencatan senjata dan penghentian bantuan militer AS untuk Israel, yang sedang berkonflik dengan Palestina di Gaza.

Para pengunjuk rasa, yang berasal dari berbagai latar belakang, agama, dan etnis, berhasil memblokir kapal tersebut selama berjam-jam pada Jumat (3/11/2023) dengan cara mengunci diri mereka sendiri di dalam kapal, memegang tangga tali, dan menutup pintu masuk ke dermaga. Mereka mengibarkan bendera Palestina, membawa spanduk-spanduk, dan meneriakkan slogan-slogan.

Aksi ini diselenggarakan oleh Pusat Pengorganisasian Sumber Daya Arab (AROC), sebuah organisasi yang berbasis di San Francisco dan bergerak di bidang hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perdamaian. AROC mengatakan bahwa mereka terinspirasi oleh gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) yang bertujuan untuk menekan Israel agar menghormati hak-hak rakyat Palestina dan mengakhiri pendudukan dan apartheid.

AROC juga mengatakan bahwa mereka mendapat informasi bahwa kapal yang bernama Cape Orlando itu adalah salah satu dari beberapa kapal yang membawa pasokan militer AS untuk Israel. Kapal itu sebelumnya telah berhenti di Tacoma, Washington, untuk mengambil muatan, dan kemudian menuju Oakland, sebelum berlayar ke Israel.

“Kami mengetahui bahwa kapal ini adalah kapal militer AS yang membawa senjata dan peralatan militer untuk Israel. Kami tidak bisa membiarkan kapal ini berangkat tanpa melakukan sesuatu. Kami harus menunjukkan solidaritas kami dengan rakyat Palestina yang sedang diserang oleh Israel dengan bantuan AS,” kata Meena Abushamala, salah satu pengunjuk rasa yang berpartisipasi dalam aksi tersebut.

Abushamala mengatakan bahwa ia telah kehilangan beberapa kerabatnya dalam perang Israel-Palestina. “Satu rudal membunuh tiga generasi. Seorang paman, anak laki-laki, dan anak perempuan,” kata Abushamala. “Saya marah karena pemerintah kami masih mengirimkan bantuan dan rudal ke Israel.”

Abushamala bukanlah satu-satunya pengunjuk rasa yang memiliki kisah pribadi yang menyentuh. Noura Khouri, seorang aktivis Palestina-Amerika, mengatakan bahwa ia juga kehilangan seorang kerabatnya dalam sebuah pemboman minggu lalu. “Secara harfiah mustahil bagi kami untuk tidur, makan, bekerja, dan melanjutkan hidup,” kata Khouri.

Khouri menambahkan bahwa aksi protes ini adalah salah satu cara untuk mengekspresikan kemarahan dan kesedihan mereka, serta untuk menuntut perubahan kebijakan AS terhadap Israel. “Kami ingin mengirimkan pesan kepada pemerintah AS bahwa kami tidak setuju dengan dukungan mereka kepada Israel, yang merupakan negara penjajah, rasis, dan pelanggar hak asasi manusia. Kami ingin mereka menghentikan bantuan militer dan politik kepada Israel, dan mendukung solusi dua negara yang adil dan damai,” kata Khouri.

Tidak hanya orang-orang Palestina atau Arab yang ikut dalam aksi protes ini. Beberapa orang Yahudi juga turut serta, menunjukkan bahwa mereka tidak mendukung kebijakan Israel yang menindas rakyat Palestina. Salah satunya adalah Anna Baltzer, seorang warga Alameda yang mengaku sebagai cucu dari korban selamat Holocaust.

“Saya di sini sebagai orang Yahudi, cucu dari korban selamat Holocaust. Dan saya tumbuh besar dengan mendengar kisah-kisah nenek saya yang selamat dari Holocaust Nazi, kehilangan seluruh keluarganya. Dan hari ini, Israel menggunakan sejarah saya, sejarah keluarga saya yang terbunuh, untuk membunuh keluarga-keluarga Palestina di Gaza,” ujar Baltzer.

Baltzer mengatakan bahwa ia merasa berkewajiban untuk berdiri bersama rakyat Palestina, dan menentang Israel yang melakukan kejahatan yang sama seperti yang pernah dilakukan Nazi. “Saya merasa bahwa sebagai orang Yahudi, saya memiliki tanggung jawab moral untuk berbicara dan bertindak melawan Israel, yang mengklaim mewakili saya dan orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Saya tidak mau diam dan membiarkan sejarah berulang,” kata Baltzer.

Aksi protes ini berlangsung hingga sore hari, hingga akhirnya pihak berwenang berhasil melepaskan tiga pengunjuk rasa yang berpegangan pada tangga tali, dan kapal pun keluar dari pelabuhan. Para pengunjuk rasa merasa kecewa, tetapi juga berharap bahwa aksi mereka akan memberikan dampak yang lebih besar bagi para pembuat kebijakan.

“Kami tahu bahwa kami tidak bisa menghentikan kapal ini selamanya, tetapi kami berharap bahwa kami bisa menunda dan mengganggu operasi mereka, dan membuat mereka merasa tidak nyaman. Kami juga berharap bahwa kami bisa menarik perhatian media dan masyarakat, dan menyebarkan kesadaran tentang apa yang terjadi di Palestina, dan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka,” kata Abushamala.

AROC mengatakan bahwa mereka akan terus melakukan aksi-aksi serupa di kota-kota lain di AS dan di seluruh dunia, untuk mengawasi dan menghambat kapal-kapal yang membawa kargo militer untuk Israel. Mereka juga mengajak masyarakat untuk bergabung dengan gerakan BDS, dan memboikot produk-produk, perusahaan-perusahaan, dan institusi-institusi yang terlibat dalam pendukuman dan apartheid Israel.

“Kami percaya bahwa boikot adalah salah satu cara yang efektif dan damai untuk menekan Israel agar mengubah perilaku mereka, dan menghormati hak-hak rakyat Palestina. Kami juga percaya bahwa boikot adalah salah satu cara untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan kepada rakyat Palestina, yang terus berjuang untuk kebebasan, keadilan, dan martabat,” kata AROC dalam sebuah pernyataan.

- Advertisement -
Share This Article