Susu Formula Anak Pro Israel: Apa Kata Ahli Gizi?

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read

jfid – Konflik antara Israel dan Palestina yang terus berkecamuk telah memicu gerakan boikot produk-produk yang diduga mendukung Israel di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Salah satu produk yang menjadi sasaran boikot adalah susu formula anak yang berasal dari perusahaan-perusahaan pro Israel.

Namun, apakah boikot ini berdampak pada kesehatan dan gizi anak-anak yang mengonsumsi susu formula tersebut? Apa pendapat para ahli gizi tentang susu formula anak pro Israel?

Susu formula anak adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti atau pelengkap ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan, atau sebagai makanan tambahan untuk anak usia di atas 6 bulan.

Susu formula anak pro Israel adalah susu formula yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang diduga memiliki hubungan atau dukungan terhadap Israel, seperti Nestle, Danone, Abbott, dan Reckitt Benckiser.

Beberapa merek susu formula anak pro Israel yang beredar di Indonesia antara lain Dancow, SGM, Bebelac, Lactamil, Nutrilon Royal, dan Similac.

Menurut Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, dokter ahli gizi masyarakat, susu formula anak pro Israel tidak berbeda secara kualitas dan kandungan gizi dengan susu formula anak lainnya.

“Kandungan protein, energi, vitamin dan mineral formula telah diatur secara ketat. Susu formula apa pun yang dijual harus memenuhi persyaratan gizi yang sama untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh. ASI memang memberikan dukungan kekebalan yang tidak dapat ditiru dengan susu formula, tetapi bukan berarti susu formula tidak memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk bayi,” ujarnya.

Namun, ia juga menegaskan bahwa susu formula anak tidak sebaik ASI, dan hanya boleh diberikan jika ada indikasi medis tertentu, seperti ibu yang tidak bisa menyusui karena sakit, obat, atau HIV, atau bayi yang memiliki gangguan pencernaan atau alergi.

“Susu formula semahal apapun tidak akan ada yang bisa menandingi ASI. ASI itu isi kandungannya dapat menyesuaikan sendiri dengan usia bayi. Jika susu formula tidak,” kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari, M.Kes, MPH, dalam acara Puncak Pekan ASI Sedunia.

Selain itu, pemberian susu formula anak juga harus sesuai dengan dosis, frekuensi, dan sanitasi yang tepat, agar tidak menimbulkan masalah gizi, seperti kekurangan, kelebihan, atau gangguan pencernaan.

“Menurut saya itu salah satu penyalahgunaan yang sangat terlalu masif. Misalnya anaknya kurang gemuk, anaknya kurang gemoy, berat badan belum mencapai berat badan ideal, lalu diberi susu formula. Padahal, susu formula bukanlah sumber gizi yang buruk untuk si Kecil, tetapi bukan berarti susu formula tidak memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi,” tutur dr. Tan Shot Yen.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa susu formula anak pro Israel tidak berbeda secara kualitas dan kandungan gizi dengan susu formula anak lainnya, tetapi juga tidak sebaik ASI.

Pemberian susu formula anak harus berdasarkan indikasi medis dan dengan cara yang benar, agar tidak menimbulkan masalah gizi pada anak.

Gerakan boikot susu formula anak pro Israel tidak akan berdampak pada kesehatan dan gizi anak, asalkan ada alternatif susu formula anak lainnya yang memenuhi standar gizi, atau lebih baik lagi, ASI.

Beberapa merek susu formula anak lokal yang bisa menjadi alternatif adalah Vidoran Xmart, Frisian Flag Primago, dan Morinaga Chilmil.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article