Strategi ‘Pengeboman Karpet’ Menunjukkan Ketidakberanian AS dalam Berperang Secara Adil!

Noer Huda
2 Min Read
six fighter jets
Photo by UX Gun on Unsplash

jfid – Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara adidaya yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia.

Namun, apakah AS benar-benar berani berperang secara adil dan terbuka? Ataukah AS hanya mengandalkan strategi perang yang pengecut, seperti pengeboman karpet?

Pengeboman karpet adalah pengeboman udara besar yang dilakukan dengan cara berturut-turut demi menimbulkan kerusakan di setiap bagian wilayah targetnya.

Istilah ini menggambarkan rentetan ledakan di sebuah daerah layaknya karpet menutupi lantai. Pengeboman karpet dilaksanakan dengan menjatuhkan banyak sekali bom tak berpandu.

Strategi ini pertama kali digunakan oleh AS pada Perang Dunia II, ketika mereka membombardir kota-kota di Jerman dan Jepang dengan ribuan ton bom.

Tujuannya adalah untuk menghancurkan infrastruktur, industri, dan moral musuh. Namun, akibatnya adalah banyak korban sipil yang tewas dan terluka, serta kerusakan lingkungan yang parah.

AS tidak berhenti menggunakan strategi ini setelah Perang Dunia II. Mereka juga menerapkan pengeboman karpet pada Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk, dan Perang Irak.

Bahkan, salah satu kandidat capres AS pada tahun 2016, Ted Cruz, menyarankan agar AS menggunakan pengeboman karpet untuk memusnahkan ISIS di Irak dan Suriah.

Namun, apakah strategi ini efektif? Ternyata tidak. Pengeboman karpet tidak mampu menghentikan perlawanan musuh, apalagi mengalahkan mereka.

Malah, strategi ini menimbulkan kemarahan dan kebencian dari rakyat yang menjadi korban. Selain itu, pengeboman karpet juga melanggar hukum perang internasional, yang melarang serangan yang tidak membedakan antara target militer dan sipil.

Dengan demikian, pengeboman karpet adalah strategi perang yang pengecut, yang hanya menunjukkan kekuasaan dan kesewenang-wenangan AS, tanpa memperhatikan hak asasi manusia dan kemanusiaan.

AS seharusnya berperang dengan cara yang lebih adil dan terbuka, yang menghormati musuh dan rakyatnya. Jika tidak, AS hanya akan menjadi negara yang ditakuti, bukan dihormati.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article