Sepakat, Prabowo dan Ahli Belanda, Rumput Laut Jadi Solusi Energi dan Industri

ZAJ
By ZAJ
6 Min Read
Sepakat, Prabowo dan Ahli Belanda, Rumput Laut Jadi Solusi Energi dan Industri
Sepakat, Prabowo dan Ahli Belanda, Rumput Laut Jadi Solusi Energi dan Industri

jfid – Jakarta – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengusulkan rumput laut sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk.

Menurutnya, rumput laut memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi dan bahan baku industri yang ramah lingkungan dan murah. Apa kata ahli Belanda tentang usulan ini?

Prabowo mengungkapkan usulannya dalam acara “Dialog Capres Bersama KADIN: Menuju Indonesia Emas 2045”, yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi, Jumat (12/1/2024) lalu. Saat itu, ia ditanya seputar pengembangan komoditas.

“Ekspor (yang dikembangkan) ya tadi jawaban saya, semua. Rumput laut itu bisa kita pakai sebagai gantinya pupuk, rumput laut bisa kita jadikan BBM. Luar biasa rumput laut, industrinya juga gak mahal,” kata Prabowo.

Usulan Prabowo ternyata tidak asal bicara. Sebuah lembaga di AS yang mendanai proyek-proyek untuk membantu menciptakan industri bioenergi berdasarkan makroalga atau rumput laut mengatakan.

suatu hari nanti, Samudera Pasifik bisa menjadi rumah bagi peternakan rumput laut berkilo-kilometer yang dikelola oleh drone kapal selam dan menunggu untuk diubah menjadi bahan bakar².

Ini adalah visi Marine BioEnergy, sebuah perusahaan rintisan yang didukung oleh Advanced Research Projects Agency–Energy (ARPA-E).

Badan pemerintah AS ini mendanai perusahaan tersebut, beserta beberapa proyek terkait, karena memandang laut terbuka sebagai sumber daya yang sebagian besar belum dimanfaatkan untuk dijadikan sumber bioenergi terbarukan.

Sekitar 5 persen dari total penggunaan energi AS saat ini berasal dari biomassa seperti jagung dan kayu, yang bersifat terbarukan dan menyerap karbon dioksida dari atmosfer melalui fotosintesis seiring pertumbuhannya.

Banyak ahli memperkirakan persentase ini akan terus meningkat, terutama karena fleksibilitas bioenergi.

Misalnya, perusahaan ini dapat memasok bahan bakar untuk penerbangan dan bentuk transportasi lain yang sulit dialiri listrik.

Untuk mencapai dekarbonisasi besar-besaran pada perekonomian AS, banyak analisis menunjukkan bahwa bioenergi memerlukan 20 hingga 25 persen sumber energi negara tersebut, kata Marc von Keitz, direktur program di ARPA-E.

Pilihan bioenergi saat ini di AS didominasi oleh etanol berbahan dasar jagung.

Namun produksinya menggunakan banyak lahan, pupuk, dan air bersih, sehingga menimbulkan masalah polusi lain dan membatasi sumber daya yang terbatas.

“Bagaimana kita memenuhi tujuan bioenergi tersebut tanpa mengorbankan kebutuhan penduduk dan meningkatkan produksi pangan?” ujar von Keitz. Di sinilah rumput laut dapat berperan. Rumput laut tidak memerlukan sumber daya tersebut dan dapat memanfaatkan potensi laut terbuka yang sangat besar. “Lautan adalah ruang yang jarang kita gunakan untuk bercocok tanam,” kata von Keitz.

Setelah dipanen, rumput laut, yang juga dikenal sebagai makroalga, berpotensi diubah menjadi berbagai bentuk energi, seperti biogas dan etanol, melalui berbagai proses kimia.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Direktur Ilmiah Teknik dan Teknologi, Institut Groningen Belanda, Prof Dr Ir Hero Jan Heeres (HJ) Heeres.

Ia pernah membahas potensi rumput laut untuk dijadikan sebagai biomassa dalam acara sharing session ilmu bioengineering di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada November 2023 lalu.

Heeres menjelaskan perspektif menarik tentang potensi biomassa, khususnya rumput laut merah (Eucheuma Cottonii), sebagai sumber daya yang dapat diandalkan untuk memproduksi bahan kimia berbasis bio.

Menurutnya, rumput laut merah memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, sekitar 60-70 persen, yang dapat diubah menjadi gula sederhana melalui proses hidrolisis.

Gula sederhana ini kemudian dapat difermentasi menjadi etanol atau asam laktat, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar atau bahan baku plastik biodegradable.

Heeres juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri rumput laut, karena memiliki garis pantai yang panjang dan kondisi iklim yang cocok.

Ia menyarankan agar pemerintah dan pelaku usaha dapat bekerja sama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi rumput laut, serta mengembangkan teknologi konversi yang efisien dan ramah lingkungan.

Namun, usulan Prabowo dan pendapat ahli tersebut tidak tanpa kendala dan dampak.

Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mengembangkan sistem budidaya rumput laut yang dapat beradaptasi dengan kondisi laut terbuka, seperti arus, gelombang, dan cuaca.

Selain itu, perlu dipertimbangkan juga dampak ekologis dari penanaman rumput laut skala besar terhadap ekosistem laut, seperti biota, nutrisi, dan karbon.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk mengeksplorasi potensi rumput laut sebagai sumber bioenergi dan bahan baku industri, sekaligus meminimalkan risiko dan dampak negatifnya.

Prabowo dan ahli Belanda sepakat bahwa rumput laut memiliki prospek yang menjanjikan, tetapi apakah itu bisa menjadi solusi terbaik untuk Indonesia?

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article