Satu Tahun Achmad Fauzi dan Dewi Khalifah Pimpin Sumenep

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
- Advertisement -

jfid – Genap Satu Tahun, pada 26 Februari 2021, Gubernur Khofifah Indar Parawansa melantik 17 Bupati dan Walikota se-Jawa Timur. Minggu 7 Maret 2021, di karpet merah pendopo, Achmad Fauzi menyampaikan pidato pertamanya dalam serah terima jabatan (Sertijab) Bupati dan Wakil Bupati Sumenep.

Bagaimana Achmad Fauzi dan Dewi Khalifah selama setahun memimpin Sumenep? Sungguh, untuk membangun kepercayaan publik di masa pandemi sangat sulit.

Achmad Fauzi dalam pidato pertamanya akan berkomitmen meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Sumenep. Dengan Visi Unggul, Mandiri, dan Sejahtera di tengah pandemi.

Dalam rencana penyusunan pembangunan Sumenep, Achmad Fauzi mensyaratkan dengan mencanangkan rencana pembangunan daerah kabupaten Sumenep tahun 2005-2025 dan rencana pembangunan Nasional menengah tahun 2020-2024 serta rencana pembangunan daerah provinsi Jawa Timur tahun 2012-2024.

Untuk melaksanakan visi tersebut, Achmad Fauzi memiliki misi prioritas dalam memimpin selama 2021-2024. Dengan garis besar penjabaran misi sebagai berikut;

1. Membangun kualitas sumber daya manusia dengan berdaya saing di bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
2. Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan penguatan kawasan ekonomi berbasis dari hulu ke hilir.
3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan, inovatif, dan responsif dalam melayani masyarakat.
4. Melaksanakan pembangunan berazas gotong royong dan berkearifan lokal.

Dalam garis besar visi misi Bupati dan wakil Bupati Sumenep, dalam bidang kesehatan, Pemerintah kabupaten Sumenep tampak memuaskan dengan membangun sistem kesehatan terintegrasi. Selain itu, pertanggungjawaban seorang Bupati dengan meminta maaf pada pasien saat plafon rumah sakit ambruk, menunjukkan sikap arif seorang pemimpin.

Dalam aspek pendidikan, hal yang paling disorot adalah pengangkatan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep. Karena para mahasiswa menilai, Bupati Sumenep melanggar peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.

Berbicara angka kemiskinan di kabupaten Sumenep, tentu hal sangat sulit. Karena wabah pandemi covid merontokkan perekonomian Negara dan angka kemiskinan di setiap daerah meningkat (tak hanya di kabupaten Sumenep).

Janji adalah janji, walau bagaimanapun keadaannya. Pemerataan pembangunan daratan dan kepulauan yang dijanjikan Achmad Fauzi dan Dewi Khalifah semenjak kampanye, menjadi salah satu hal yang perlu Pemerintah kabupaten Sumenep koreksi.

Janji Dewi Khalifah akan berkantor di kepulauan saat menang di Pilkada, menjadi salah satu janji yang perlu ditepati. Karena, di wilayah kepulauan masih banyak tiang-tiang listrik yang berdiri tanpa ada saluran listrik.

Di masa pandemi, tentu Achmad Fauzi dan Dewi Khalifah membutuhkan kerja ekstra. Sebagaimana persoalan banjir di wilayah kota yang perlu ditangani secara serius.

Sumenep membutuhkan seorang pemimpin teknokrat yang faham betul tentang tata kelola daerah dan mengerjakan persoalan-persoalan yang muncul. Soal banjir di kota Sumenep, Achmad Fauzi tentu orang yang paling faham, karena dirinya pernah menjadi wakil bupati di masa Kyai Busyro Karim. 5 tahun menjadi wakil bupati dan 1 tahun menjabat bupati, apa saja upaya yang dilakukan mengatasi banjir?

Masyarakat Sumenep yang bijak, tentu masih menunggu, Bupati dan wakil Bupati Sumenep untuk merealisasikan janji politik saat kampanye. Semoga Bupati dan wakil Bupati Sumenep diberikan kesehatan serta kekuatan untuk menghadapi situasi yang sulit di masa pandemi.

Deni Puja Pranata

- Advertisement -
Share This Article