jfid – Rusia, salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, tidak menggunakan hak istimewanya untuk menolak resolusi usulan Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina.
Resolusi tersebut mengecam serangan roket Hamas dari Gaza ke Israel dan menyerukan gencatan senjata segera. Resolusi ini disahkan dengan 14 suara setuju dan satu abstain, yaitu Rusia, pada 25 Oktober 2023.
Mengapa Rusia tidak menggunakan hak veto untuk mendukung Palestina, yang merupakan sekutu strategisnya di Timur Tengah? Apa alasan di balik keputusan ini?
Menurut analis politik internasional, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap Rusia dalam hal ini. Pertama, Rusia tidak ingin memperburuk hubungannya dengan AS, yang merupakan mitra penting dalam menangani isu-isu global seperti nuklir Iran, perang Suriah, dan perubahan iklim. Rusia juga tidak ingin mengisolasi diri dari komunitas internasional, yang secara umum mendukung resolusi AS.
Kedua, Rusia tidak ingin mengorbankan hubungannya dengan Israel, yang merupakan negara kuat di kawasan dan memiliki pengaruh besar di AS. Rusia dan Israel memiliki kerjasama ekonomi, militer, dan intelijen yang cukup baik. Rusia juga memiliki kepentingan dalam melindungi komunitas Yahudi Rusia yang tinggal di Israel, yang berjumlah sekitar satu juta orang.
Ketiga, Rusia tidak ingin terlibat terlalu dalam dalam konflik Israel-Palestina, yang merupakan masalah yang rumit dan sensitif. Rusia lebih memilih untuk berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam proses perdamaian, daripada sebagai pihak yang berpihak. Rusia juga tidak ingin mengambil risiko konfrontasi dengan negara-negara Arab lainnya, yang merupakan mitra dagang dan energi penting bagi Rusia.
Keempat, Rusia tidak yakin bahwa penggunaan hak veto akan memberikan dampak positif bagi Palestina. Rusia menyadari bahwa resolusi PBB tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan tidak dapat menjamin pelaksanaannya di lapangan.
Rusia juga menganggap bahwa resolusi PBB tidak cukup untuk menyelesaikan akar masalah konflik, yaitu pendudukan Israel atas wilayah Palestina. Rusia lebih mendukung solusi dua negara, yaitu pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di samping Israel, dengan batas tahun 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Dengan demikian, Rusia tidak menggunakan hak veto untuk mendukung Palestina karena alasan-alasan politik, ekonomi, dan strategis. Rusia berharap bahwa resolusi PBB dapat membuka jalan bagi dialog dan negosiasi antara Israel dan Palestina, dengan dukungan dari negara-negara lain, termasuk Rusia sendiri.