Prestasi Ekonomi Indonesia di Mata IMF dan Bank Dunia

ZAJ
By ZAJ
6 Min Read

jfid – Indonesia mendapat pujian dari dua lembaga keuangan internasional, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan World Bank, atas kinerja ekonominya selama pandemi Covid-19. Kedua lembaga tersebut mengakui bahwa Indonesia menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat untuk mengatasi dampak krisis kesehatan global dan memulihkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa pulih lebih cepat dibandingkan negara lain yang masih mengalami defisit anggaran, Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjaga stabilitas fiskal dan moneter di tengah ketidakpastian global yang tinggi.

Suahasil menjelaskan bahwa pemerintah menerapkan kebijakan counter cyclical, yaitu kebijakan yang berlawanan dengan kondisi ekonomi, untuk menghadapi guncangan ekonomi akibat pandemi.

Ketika ekonomi sedang terkontraksi, pemerintah meningkatkan belanja anggaran untuk mendorong permintaan agregat. Sebaliknya, ketika ekonomi mulai pulih, pemerintah menurunkan defisit anggaran untuk menjaga keseimbangan fiskal.

Kebijakan counter cyclical ini diizinkan melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

UU ini memberikan ruang bagi pemerintah untuk memperlebar batas defisit anggaran hingga minus 6,1% pada 2020, kemudian diturunkan secara bertahap menjadi minus 5,7% pada 2021, minus 4,85% pada 2022, dan minus 3% pada 2023.

Kebijakan ini ternyata berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dari minus 2,07% pada 2020 menjadi positif 3,51% pada kuartal I-2021. Pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan mencapai 7,07%, tertinggi sejak kuartal IV-2004². Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan impor.

Selain itu, Indonesia juga berhasil menekan inflasi pada level yang rendah dan stabil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2021 hanya sebesar 1,44%, jauh di bawah target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3%±1%. Inflasi rendah ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga dan tidak ada gejolak harga yang signifikan.

Apresiasi dari IMF dan Bank Dunia

Prestasi ekonomi Indonesia ini mendapat apresiasi dari IMF dan Bank Dunia. Pada awal September 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Presiden Bank Dunia Ajay Banga dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Merdeka. Kedua pimpinan lembaga keuangan internasional itu menyampaikan pujian atas kinerja ekonomi Indonesia.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Banga mengatakan bahwa Bank Dunia sangat menghargai upaya pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Banga juga menyebut bahwa Bank Dunia siap mendukung program vaksinasi nasional dan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah Indonesia.

Sementara itu, Georgieva mengatakan bahwa IMF sangat terkesan dengan kebijakan fiskal dan moneter yang diambil pemerintah Indonesia. Georgieva juga menyatakan bahwa IMF siap bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global, seperti perang Rusia-Ukraina, lonjakan inflasi global, dan pengetatan moneter di negara-negara maju.

Rilis Bank Dunia edisi Desember 2022 memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada 2022, kemudian sedikit melambat menjadi 4,8% pada 2023, kemudian 4,9% pada 2024, dan naik menjadi 5% pada 2025. Bank Dunia menilai bahwa Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi jika mampu meningkatkan produktivitas, kompetitivitas, dan inklusivitas.

Sementara itu, IMF dalam laporannya yang dirilis pada Oktober 2021 memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,3% pada 2021 dan 5,8% pada 2022. IMF menyarankan agar pemerintah Indonesia tetap menjaga kebijakan fiskal yang akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi, namun juga memperhatikan keberlanjutan utang jangka panjang.

Tantangan dan Harapan

Meskipun mendapat pujian dari IMF dan Bank Dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan ekonomi di masa depan. Salah satunya adalah penyebaran varian Delta dari virus Covid-19 yang berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi dan kesehatan masyarakat. Pemerintah harus terus berupaya untuk mempercepat program vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Selain itu, Indonesia juga harus siap menghadapi risiko dari faktor eksternal, seperti perubahan kebijakan moneter di negara-negara maju, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas. Pemerintah harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, cadangan devisa, dan arus modal agar tidak terjadi tekanan pada perekonomian.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki harapan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas. Pemerintah harus terus melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan iklim investasi, infrastruktur, sumber daya manusia, inovasi, dan digitalisasi.

Pemerintah juga harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara merata dan adil.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article