Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo: Siapa Lebih Unggul?

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read

jid – Pemilihan Presiden 2024 semakin dekat. Waktu pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tinggal sebulan lagi. Namun, hingga saat ini belum ada satu pun pasangan calon yang resmi mengumumkan diri.

Di tengah ketidakpastian itu, muncul wacana duet antara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Wacana ini bukan baru, tapi sudah ada sejak lama.

Namun, baru-baru ini kembali mengemuka setelah seorang politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, meyakini ada dua poros pada Pilpres 2024 mendatang.

Jazilul mengatakan, poros pertama adalah poros yang didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu poros Ganjar-Prabowo.

Poros kedua adalah poros yang didukung oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu poros Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Menurut Jazilul, poros Ganjar-Prabowo memiliki kekuatan elektoral yang besar, karena mampu menggabungkan basis suara dari Jawa dan luar Jawa, serta dari kalangan nasionalis dan religius. Selain itu, poros ini juga didukung oleh partai-partai besar, seperti PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, NasDem, dan PKB.

Sementara itu, poros Anies-Cak Imin juga tidak bisa dianggap remeh, karena memiliki basis suara yang loyal dari kalangan Islam, terutama dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Poros ini juga didukung oleh partai-partai Islam, seperti PKS, PAN, PPP, dan Demokrat.

Lalu, bagaimana tanggapan dari dua tokoh utama yang disebut-sebut akan berduet, yaitu Ganjar dan Prabowo? Apakah mereka bersedia untuk bersanding di Pilpres 2024?

Ganjar: Semua Peluang Bisa Terjadi

Bakal capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, menanggapi wacana duet dengan Prabowo Subianto dengan santai. Ia mengatakan, semua peluang bisa saja terjadi sebelum pendaftaran di KPU.

“Kalau politik itu sebelum ditetapkan KPU semua peluang bisa terjadi,” kata Ganjar usai mengikuti rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) di Gedung High End, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (20/9).

Ganjar juga mengaku tidak mempermasalahkan posisi apakah ia akan menjadi capres atau cawapres. Ia mengatakan, yang penting adalah bagaimana memberikan yang terbaik untuk rakyat.

“Saya tidak pernah memikirkan posisi. Saya hanya memikirkan bagaimana saya bisa bekerja dengan baik, memberikan manfaat bagi masyarakat, dan memberikan kontribusi bagi bangsa,” ujar Ganjar.

Ganjar juga mengatakan, ia tidak akan memaksakan diri untuk maju sebagai capres jika tidak mendapat restu dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Ia mengatakan, ia akan menghormati keputusan partai.

“Saya tidak akan melawan partai. Saya akan mengikuti apa yang menjadi keputusan partai. Saya akan hormati apa pun yang menjadi keputusan Ibu Mega,” kata Ganjar.

Prabowo: Yang Penting Persatuan dan Kerukunan

Bakal capres dari Gerindra, Prabowo Subianto, juga menanggapi wacana duet dengan Ganjar Pranowo dengan diplomatis. Ia mengatakan, yang penting adalah persatuan dan kerukunan bangsa, apapun yang terjadi di Pilpres 2024.

“Yang kita dambakan adalah selalu persatuan, kerukunan. Apapun yang terjadi kita harus rukun, harus sejuk. Apapun yang diberikan mandat oleh rakyat kita hormati,” kata Prabowo di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/9).

Prabowo juga mengaku tidak memikirkan soal posisi capres atau cawapres. Ia mengatakan, ia siap menjalankan tugas apapun yang diberikan oleh rakyat.

“Saya tidak pernah memikirkan posisi. Saya hanya memikirkan bagaimana saya bisa menjalankan tugas yang diberikan oleh rakyat. Saya siap menjadi apa pun yang diinginkan oleh rakyat,” ujar Prabowo.

Prabowo juga mengatakan, ia tidak akan memaksakan diri untuk maju sebagai capres jika tidak mendapat dukungan dari partai-partai koalisi. Ia mengatakan, ia akan menghormati keputusan bersama.

“Saya tidak akan memaksakan diri. Saya akan mengikuti apa yang menjadi keputusan bersama. Saya akan hormati apa pun yang menjadi keputusan koalisi,” kata Prabowo.

Pengamat: Duet Ganjar-Prabowo Sangat Mungkin Terjadi

Pengamat politik dari CSIS, Arya Fernandes, mengatakan, duet Ganjar-Prabowo sangat mungkin terjadi pada Pilpres 2024. Ia menilai, duet ini memiliki peluang menang yang besar, karena mampu menarik suara dari berbagai kelompok.

“Menurut saya, duet Ganjar-Prabowo sangat mungkin terjadi. Ini adalah duet yang ideal, karena bisa menggabungkan basis suara dari Jawa dan luar Jawa, nasionalis dan religius, serta muda dan tua,” kata Arya kepada BBC News Indonesia.

Arya juga mengatakan, duet Ganjar-Prabowo bisa menjadi pilihan alternatif bagi rakyat yang bosan dengan polarisasi politik yang terjadi sejak Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengatakan, duet ini bisa menawarkan visi dan misi yang lebih moderat dan inklusif.

“Duet Ganjar-Prabowo bisa menjadi pilihan yang segar bagi rakyat. Ini adalah duet yang bisa menawarkan visi dan misi yang lebih moderat dan inklusif, yang bisa mengakomodasi kepentingan dan aspirasi dari berbagai kelompok,” ujar Arya.

Arya juga mengatakan, duet Ganjar-Prabowo bisa menjadi pilihan yang rasional bagi partai-partai politik yang ingin memenangkan Pilpres 2024. Ia mengatakan, duet ini bisa mengoptimalkan potensi elektoral dari partai-partai besar, seperti PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, NasDem, dan PKB.

“Duet Ganjar-Prabowo bisa menjadi pilihan yang rasional bagi partai-partai politik. Ini adalah duet yang bisa mengoptimalkan potensi elektoral dari partai-partai besar, yang bisa memperoleh suara lebih dari 50 persen,” kata Arya.

Namun, Arya juga mengatakan, ada beberapa kendala yang bisa menghambat terwujudnya duet Ganjar-Prabowo. Salah satunya adalah sikap Megawati Soekarnoputri, yang belum memberikan restu kepada Ganjar untuk maju sebagai capres.

“Salah satu kendala yang bisa menghambat duet Ganjar-Prabowo adalah sikap Ibu Mega. Belum ada sinyal yang kuat dari Ibu Mega bahwa beliau akan memberikan restu kepada Pak Ganjar untuk maju sebagai capres,” ujar Arya.

Selain itu, Arya juga mengatakan, ada kemungkinan Prabowo Subianto tidak mau menjadi cawapres, karena merasa lebih berhak menjadi capres. Ia mengatakan, Prabowo memiliki pencapaian elektoral yang besar, karena pernah menjadi capres dua kali.

“Kemungkinan lain yang bisa menghambat duet Ganjar-Prabowo adalah sikap Pak Prabowo. Mungkin Pak Prabowo tidak mau menjadi cawapres, karena merasa lebih berhak menjadi capres. Pak Prabowo memiliki pencapaian elektoral yang besar, karena pernah menjadi capres dua kali,” kata Arya.

Oleh karena itu, Arya mengatakan, duet Ganjar-Prabowo masih membutuhkan proses negosiasi yang panjang dan rumit antara partai-partai politik yang terlibat. Ia mengatakan, duet ini harus bisa menyelesaikan berbagai persoalan, seperti restu Megawati, posisi Prabowo, dan pembagian kursi menteri.

“Duet Ganjar-Prabowo masih membutuhkan proses negosiasi yang panjang dan rumit. Ini adalah duet yang harus bisa menyelesaikan berbagai persoalan, seperti restu Ibu Mega, posisi Pak Prabowo, dan pembagian kursi menteri. Ini bukan hal yang mudah,” ujar Arya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article