Penetapan Core Event Bau Nyale Meleset, Masyarakat Kecewa

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read

jf.id – Bau Nyale merupakan tradisi Sasak yang kini masuk ke dalam kalender event nasional, bahkan masuk kedalam 100 Besar Event Nasional. Tak tanggung-tanggung yang penasaran dan ingin menyaksikan event ini datang dari berbagai daerah bahkan berbagai negara.

Namun sayang, pemerintah Lombok Tengah masih meleset dalam penentuan tanggalnya. Sehingga Nyalenya keluar pada tanggal yang berbeda dari penetapan tanggalnya. Alhasil, banyak wisatawan dan pelaku pariwisata yang kecewa terhadap pemerintah kabupaten Lombok Tengah yang di rasa masih belum maksimal dalam menetapkan tanggalnya sehingga hasilnya tidak tepat.

Pasalnya dalam penentuan tanggal pada saat Sangkep Warige yang di gelar Pemerintah Daerah banyak unsur-unsur yang tidak di libatkan bahkan pemuda juga mengaku tidak di undang dan tidak di libatkan.

Sandika Irwan salah satu pelaku pariwisata aktif mengaku kecewa terhadap hasil Sangkep tersebut karena sudah mendatangkan tamunya jauh-jauh dari luar daerah “Termasuk saya juga kecewa, kita sudah bangga-banggain dan menceritakan bagaimana enaknya menangkap Nyale, eh tau-taunya Zonk” Kesal Sandika yang juga Mantan Ketua Blok Pujut ini.

Ad image

“Belum lagi masyarakat kita yang datang jauh-jauh dan begadang di pinggir pantai, eh pulang dengan tangan Hampa, itu pastinya cukup mengecewakan,” tambah Sandika asal Prabu ini.

Sehingga menurut Sandika dengan berbagai catatan-catatan pada Bau Nyale saat ini maupun sebelumnya, ini harus menjadi bahan evaluasi Pemerintah Daerah “Ini harus menjadi bahan evaluasi pemerintah, pemuda libatkan sampai-sampai nelayan juga libatkan karena mereka bangun tidur di tengah laut, supaya ini tidak berulang-ulang, bagaikan kelinci yang jatuh pada lubang yang sama, terkecuali ini memang diniatkan,” tutup Sandika.

Kekecewaan tersebut juga di ungkapkan oleh organisasi terbesar Kecamatan Pujut yaitu, Karang Taruna Kecamatan Pujut, pihaknya mengaku kecewa dari awal karena tidak di libatkan dalam Sangkep Warige maupun beberapa kegiatan-kegiatan yang semestinya melibatkan pemuda di kecamatan Pujut. Sementara pada tahun 2018 terbukti pihaknya telah menyelamatkan muka pemerintah, ketika itu hasil sangkep pemerintah jauh melenceng dari hasil hitungan para nelayan dan tokoh-tokoh di selatan.

“Soal keluar atau tidaknya Nyale memang betul kita serahkan kepada yang maha kuasa, namun perlu diketahui para tetua-tetua kita di selatan tak pernah meleset dalam penentuan tanggal Bau Nyale, baik melalui hitung-hitungan Alam dan mengacu kepada cuaca, maupun papan yang biasa di pakai tetua-tetua kita. Keadaan alam yang saya maksud seperti melihat tumbuh-tumbuhan, bintang, dan lain sebagainya,” ungkap Sri Anom Putra Sanjaya yang merupakan ketua Karang Taruna Kecamatan Pujut ini.

Ia juga meminta kepada pemerintah untuk tidak memandang remeh kejadian yang berulang-ulang tersebut mengingat Bau Nyale merupakan tradisi yang sakral dan terbesar di Pulau Lombok “Saat ini tradisi kita ini merupakan kebanggaan yang merupakan warisan dari nenek moyang kita yang kita laksanakan pada sebelumnya dengan niat murni tangkap Nyale yang tidak memiliki nilai jual pariwisata, namun siapa sangka tradisi ini masuk di kalender event nasional dan mampu menyedot perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara, jadi harusnya kita syukuri dan rawat sebaik mungkin, jangan bikin pengunjung kecewa yang datang jauh-jauh, obatnya saya kira simpel. Libatkan semua pihak seperti yang kami lakukan pada tahun 2018,” tutup Anom.

Laporan: Lalu Albanuddin

Share This Article