jfid – Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) merupakan salah satu organisasi yang memiliki pengaruh besar di kalangan umat Islam Indonesia. PA 212 terbentuk sebagai hasil dari aksi bela Islam yang digelar pada 2 Desember 2016, yang menuntut penegakan hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta, atas dugaan penistaan agama.
Salah satu tokoh yang menjadi inspirasi dan pemimpin PA 212 adalah Habib Rizieq Shihab, pendiri dan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI). Habib Rizieq dikenal sebagai sosok yang vokal dan kritis terhadap pemerintah, terutama dalam hal penegakan syariah dan keadilan sosial.
Namun, Habib Rizieq juga menghadapi berbagai masalah hukum yang membuatnya harus tinggal di Arab Saudi sejak 2017 hingga 2020. Pada November 2020, Habib Rizieq kembali ke Indonesia dan disambut meriah oleh ribuan pendukungnya. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali ditangkap dan ditahan oleh polisi atas dugaan pelanggaran protokol kesehatan dan penghasutan.
Saat ini, Habib Rizieq masih menjalani proses hukum di Indonesia. Namun, hal itu tidak mengurangi pengaruhnya di kalangan umat Islam, terutama PA 212. Bahkan, PA 212 mengaku tengah melakukan komunikasi intens dengan Habib Rizieq untuk menentukan sikap politik mereka menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Menolak Dukung Prabowo Lagi
PA 212 merupakan salah satu organisasi yang memberikan dukungan penuh kepada Prabowo Subianto, mantan calon presiden yang kalah dari Joko Widodo pada Pilpres 2019. PA 212 bersama dengan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan FPI berperan aktif dalam mengkampanyekan Prabowo sebagai sosok yang pro-Islam dan pro-rakyat.
Namun, setelah Pilpres 2019 berakhir, PA 212 merasa kecewa dengan sikap Prabowo yang kemudian bergabung dengan pemerintahan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. PA 212 merasa ditinggalkan dan tidak mendapat respons dari Prabowo terkait berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam, seperti penindasan terhadap FPI, pembubaran HTI, dan penistaan agama.
Karena itu, PA 212 memutuskan untuk tidak lagi mendukung Prabowo pada Pilpres 2024. Ketua Majelis Syuro PA 212, Yusuf Martak, mengatakan bahwa PA 212 tidak mau masuk lubang yang sama dua kali. Ia juga mengatakan bahwa PA 212 tidak mau menjadi alat politik bagi siapa pun.
“Kita tidak mau jadi alat politik, kita tidak mau jadi alat kepentingan orang lain. Kita mau jadi alat kepentingan umat, alat kepentingan bangsa, alat kepentingan negara,” kata Yusuf Martak kepada wartawan, Rabu (20/9).
Berkomunikasi dengan Habib Rizieq
Setelah menutup pintu dukungan untuk Prabowo, PA 212 kini tengah mencari sosok yang pantas untuk didukung pada Pilpres 2024. PA 212 mengaku tengah melakukan komunikasi intens dengan Habib Rizieq untuk mendapatkan arahan dan petunjuk dari sang Imam Besar.
“Kami terus berkomunikasi dengan Habib Rizieq, baik melalui surat, telepon, maupun kunjungan langsung ke Rutan Bareskrim. Kami ingin mendengar pandangan beliau tentang situasi politik saat ini dan calon-calon yang ada,” ujar Yusuf Martak.
Yusuf Martak menambahkan bahwa PA 212 akan mengikuti apapun keputusan Habib Rizieq terkait Pilpres 2024. Ia juga menegaskan bahwa Habib Rizieq tidak akan netral dalam Pilpres 2024, melainkan akan memberikan rekomendasi kepada umat Islam untuk memilih calon yang terbaik.
“Insyaallah, insyaallah, insyaallah begitu. Habib Rizieq tidak akan netral, beliau akan memberikan rekomendasi kepada umat Islam, siapa yang layak untuk didukung, siapa yang layak untuk dipilih, siapa yang layak untuk menjadi pemimpin bangsa ini,” tegas Yusuf Martak.
Siapa Calon yang Layak?
Meski belum ada keputusan resmi dari Habib Rizieq, namun PA 212 sudah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh calon yang akan didukung pada Pilpres 2024. Beberapa kriteria tersebut antara lain adalah:
- Berakhlak mulia, jujur, adil, dan amanah.
- Berkomitmen untuk menegakkan syariah dan khilafah di Indonesia.
- Berani membela kepentingan umat Islam dan bangsa Indonesia, serta menentang penjajahan asing.
- Bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
- Memiliki visi, misi, dan program yang jelas dan pro-rakyat.
- Memiliki dukungan yang luas dari berbagai elemen masyarakat.
Yusuf Martak mengatakan bahwa PA 212 akan melakukan survei dan kajian untuk menemukan calon yang memenuhi kriteria tersebut. Ia juga mengatakan bahwa PA 212 tidak menutup kemungkinan untuk mengusung calon sendiri, baik dari internal maupun eksternal PA 212.
“Kami akan melihat siapa yang paling dekat dengan kriteria kami, siapa yang paling sesuai dengan harapan kami. Kami juga tidak menutup kemungkinan untuk mengusung calon sendiri, bisa dari internal PA 212, bisa juga dari luar PA 212, asalkan memenuhi syarat,” ujar Yusuf Martak.
Tantangan dan Peluang
PA 212 merupakan salah satu kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan dalam Pilpres 2024. PA 212 memiliki basis massa yang besar dan militan, terutama di kalangan umat Islam yang konservatif dan radikal. PA 212 juga memiliki jaringan yang luas dengan berbagai organisasi Islam, seperti GNPF Ulama, FPI, HTI, MMI, dan lain-lain.
Namun, PA 212 juga menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam menentukan sikap politik mereka di Pilpres 2024. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah:
Adanya perbedaan pandangan dan kepentingan di internal PA 212, terutama antara para ulama, habaib, dan aktivis.
Adanya tekanan dan intimidasi dari pemerintah dan aparat, terutama terkait kasus hukum yang menjerat Habib Rizieq dan sejumlah tokoh PA 212 lainnya.
Adanya upaya pelemahan dan pembelokan dari pihak-pihak yang ingin memecah belah dan menggiring opini PA 212, baik melalui media sosial maupun media mainstream.
Adanya kesulitan dalam mencari calon yang memenuhi kriteria PA 212, terutama yang memiliki elektabilitas dan popularitas yang tinggi di masyarakat.
Di sisi lain, PA 212 juga memiliki beberapa peluang dan potensi yang bisa dimanfaatkan dalam Pilpres 2024. Beberapa peluang tersebut antara lain adalah:
Adanya kekecewaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, terutama dalam hal penanganan pandemi COVID-19, perekonomian, dan penegakan hukum.
Adanya keinginan dan harapan masyarakat akan adanya perubahan dan pembaruan dalam sistem politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia.
Adanya kesadaran dan kebangkitan masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai Islam, terutama di kalangan generasi muda dan milenial.
Adanya sinergi dan solidaritas antara PA 212 dengan berbagai organisasi Islam dan nasionalis, seperti Muhammadiyah, NU, PKS, PAN, Gerindra, dan lain-lain.
Dengan demikian, PA 212 memiliki peluang untuk menjadi salah satu penentu arah politik di Pilpres 2024. PA 212 juga memiliki tanggung jawab untuk memilih calon yang terbaik bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Apapun keputusan PA 212, yang pasti adalah bahwa mereka akan selalu berpedoman pada arahan dan petunjuk dari Habib Rizieq, sang Imam Besar.