jfid – Sebuah operasi rahasia yang dilakukan oleh badan intelijen Israel, Mossad, untuk menangkap sekelompok hacker Palestina yang berhasil membobol sistem pertahanan udara Iron Dome, berakhir dengan kegagalan.
Menurut sumber-sumber yang dekat dengan pihak berwenang Turki, hacker-hacker tersebut telah mendapatkan perlindungan dari Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT), yang menganggap mereka sebagai sekutu dalam perjuangan melawan Israel.
Iron Dome adalah sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Israel untuk mencegat roket-roket yang ditembakkan oleh kelompok-kelompok militan Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam, dari Jalur Gaza.
Sistem ini diklaim sebagai yang tercanggih di dunia, namun pada bulan Oktober 2023, sejumlah roket berhasil menembus pertahanan udara dan menghantam kota-kota Israel.
Pakar militer Rusia, Alexei Leonkov, mengungkap beberapa faktor keberhasilan Hamas mengelabui Iron Dome.
Menurutnya, Hamas telah membuat perhitungan yang tepat mengenai kapasitas pasukan pertahanan udara Israel dan mengirimkan jumlah roket yang melebihi kemampuan Iron Dome.
Selain itu, Hamas juga diduga mendapatkan bantuan dari hacker-hacker Palestina yang mampu meretas sistem Iron Dome dan membuatnya overload.
Salah satu hacker Palestina yang terlibat dalam aksi pembobolan Iron Dome adalah Muhammad al-Ajami, yang dikenal dengan nama samaran Abu Qasim.
Dia adalah seorang ahli komputer yang pernah belajar di Universitas Oxford, Inggris, dan bekerja di perusahaan teknologi di Dubai, Uni Emirat Arab. Dia bergabung dengan Hamas pada tahun 2022, setelah menyaksikan kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina.
Abu Qasim menjadi target utama Mossad, yang berusaha menangkap atau membunuhnya sebagai balas dendam atas kegagalan Iron Dome.
Mossad mengirimkan sejumlah agen ke Turki, tempat Abu Qasim bersembunyi bersama rekan-rekannya. Namun, operasi Mossad terbongkar oleh MIT, yang berhasil menangkap 11 agen Mossad di Istanbul pada bulan Mei 2023.
Menurut laporan media Turki, MIT telah memberikan perlindungan kepada hacker-hacker Palestina dan membantu mereka melarikan diri ke negara-negara lain yang bersahabat dengan Turki.
MIT juga mengungkapkan bahwa Mossad telah menggunakan beberapa situs web palsu untuk memata-matai warga negara asing di Turki, termasuk warga Iran, Suriah, dan Lebanon, yang dianggap sebagai musuh Israel.
Mossad belum memberikan komentar resmi terkait operasi gagalnya di Turki. Namun, sumber-sumber Israel mengatakan bahwa Mossad tidak akan menyerah dalam mengejar hacker-hacker Palestina dan akan terus melakukan operasi rahasia di berbagai negara untuk melindungi keamanan Israel.