Mimpi Indah Indonesia 2045 Terancam Gagal

ZAJ
By ZAJ
5 Min Read
Mimpi Basah Indonesia 2045 Terancam Gagalp00
Mimpi Basah Indonesia 2045 Terancam Gagalp00

jfid – Indonesia memiliki mimpi untuk menjadi negara maju pada tahun 2045, saat usia kemerdekaannya mencapai 100 tahun. Namun, mimpi itu terancam gagal terwujud karena berbagai faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Salah satu faktor utama yang menjadi penyebab Indonesia sulit naik kelas adalah rendahnya kontribusi sektor industri atau manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), andil sektor industri terhadap PDB hingga kuartal I 2023 tinggal 18,57%, padahal pada awal 2020 masih di kisaran 19,87%.

Sektor industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan mendorong inovasi. Namun, Indonesia masih mengandalkan ekspor bahan baku mentah, seperti batubara, minyak sawit, dan nikel, yang rentan terhadap fluktuasi harga dan permintaan global.

Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah korupsi yang merugikan negara dan menghambat pembangunan. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, korupsi menjadi salah satu alasan Indonesia sulit keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap³. Korupsi dapat menurunkan kualitas pelayanan publik, menggerus kepercayaan masyarakat, dan menghambat investasi.

Di tengah kondisi perekonomian yang stagnan dan tidak bermutu, Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat memberikan solusi dan arah yang jelas untuk mencapai tujuan negara maju. Namun, apakah calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memiliki visi dan misi yang sesuai dengan tantangan tersebut?

saat ini ada tiga pasangan capres-cawapres yang telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. KPU akan mengumumkan capres-cawapres resmi pada 13 November 2023.

Pasangan AMIN diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pasangan ini memiliki latar belakang sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Gubernur DKI Jakarta (Anies) dan Ketua Umum PKB serta mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Muhaimin).

Pasangan Ganjar-Mahfud diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai NasDem, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Hanura, dan Partai Demokrat. Pasangan ini memiliki latar belakang sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode (Ganjar) dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan serta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (Mahfud).

Pasangan Prabowo-Gibran diusung oleh Partai Gerindra, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Berkarya, Partai Garuda, dan Partai Gelora. Pasangan ini memiliki latar belakang sebagai Ketua Umum Gerindra serta mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad (Prabowo) dan Wali Kota Solo serta putra sulung Presiden Joko Widodo (Gibran).

Masing-masing pasangan capres-cawapres tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, serta program dan janji-janji politik yang ditawarkan kepada masyarakat. Namun, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat menyiapkan strategi cadangan jika Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045.

Hal ini sesuai dengan saran yang diberikan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dalam White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029. Dalam dokumen tersebut, LPEM mengingatkan potensi Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045 karena belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi.

LPEM menyarankan agar capres-cawapres mendatang fokus mengentaskan kemiskinan, menurunkan ketimpangan, dan membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif. \”Kelas menengah kita akan sangat besar, jadi harus disiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif,” kata Kepala LPEM Chaikal Nuryakin dalam acara peluncuran White Paper tersebut, Jumat (27/10/2023).

Indonesia Cemas 2045 bukanlah sebuah slogan yang harus ditakuti, melainkan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Capres-cawapres harus mampu memberikan harapan dan solusi bagi rakyat Indonesia agar dapat meraih mimpi menjadi negara maju. Apakah mereka siap? Mari kita tunggu hasil Pilpres 2024.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article