Kontroversi dan Koordinasi di Balik Festival Kuliner Non-Halal Solo

ZAJ
By ZAJ
3 Min Read
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)

Solo Festival Kuliner Non-Halal yang sempat dihentikan karena protes warga akhirnya kembali dibuka di Solo Paragon Mall, Jalan Yosodipuro Solo, Jawa Tengah.

Festival ini, yang diikuti oleh 34 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, berlangsung dari 3 hingga 7 Juli 2024.

Setelah adanya dialog antara Pemkot Solo, aparat setempat, dan tokoh masyarakat, festival ini akhirnya diizinkan untuk dilanjutkan dengan beberapa pembatasan ketat.

Veronica Lahji, Chief Marketing Communication (Marcom) Solo Paragon Mall, menyatakan bahwa pembukaan kembali festival ini dilakukan pada Kamis (4/7/2024) dengan berbagai catatan.

Salah satunya adalah penutupan sekeliling venue festival dengan kain hitam dan pembatasan pintu masuk yang dijaga oleh petugas keamanan mall.

Protes dari sebagian warga terkait dengan promosi yang dianggap vulgar dan mencolok mengakibatkan keresahan, terutama di kalangan umat Islam.

Pihak Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) melalui Humasnya, Endro Sudarsono, menegaskan bahwa mereka tidak meminta pembatalan acara, tetapi hanya menyikapi bentuk promosi yang dinilai tidak sensitif terhadap masyarakat sekitar.

Pembatasan lain yang diterapkan termasuk pelarangan bagi pengunjung yang mengenakan hijab untuk masuk ke area festival, serta tidak adanya petugas yang berhijab di dalam stand kuliner.

Langkah ini diambil untuk menghormati sensitivitas warga sekitar dan menjaga ketertiban acara.

Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, mengatakan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan berbagai pihak termasuk kepolisian, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk memastikan bahwa acara berjalan dengan baik tanpa menimbulkan konflik lebih lanjut.

Sementara itu, festival ini menghadirkan berbagai hidangan non-halal dari seluruh Indonesia. Tenant yang berpartisipasi antara lain Bakso Goreng Wong, Nasi Campur Kaifon Lie, Siomay Engkong, Es Asgar, dan Sate Babi & Iga Bakar Awen.

Pengunjung dapat menikmati ragam kuliner mulai dari bakmi, sate babi, hingga nasi campur yang berasal dari berbagai daerah seperti Pontianak, Medan, dan Surabaya.

Teguh Prakosa menambahkan bahwa Pemerintah Kota Solo akan terus memfasilitasi setiap kegiatan di Solo agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai norma.

Koordinasi ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk penyelenggaraan event-event serupa di masa depan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau diuntungkan secara sepihak.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang kuliner, tetapi juga refleksi bagaimana keragaman budaya kuliner Indonesia bisa tetap dihargai dan dinikmati oleh semua orang tanpa menimbulkan polemik.

Dengan pembatasan dan aturan yang ada, diharapkan festival ini dapat berjalan lancar dan menjadi contoh harmonisasi antara penyelenggara event dan masyarakat lokal.

Bagi Anda yang ingin menikmati kuliner non-halal di Solo, festival ini menawarkan pengalaman unik yang tidak boleh dilewatkan.

Dengan berbagai tenant dan hidangan yang ditawarkan, pengunjung bisa merasakan kelezatan kuliner dari berbagai daerah tanpa harus berkeliling Indonesia.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article