Kita Membutuhkan Pemimpin Jahat yang Membela Rakyat Untuk Mengatasi Polusi Udara Jakarta

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jfid – Polusi udara adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia di abad ke-21. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 7 juta orang meninggal setiap tahun akibat paparan polusi udara.

Polusi udara juga menyebabkan penyakit kronis seperti penyakit jantung, paru-paru, diabetes, dan kanker. Selain itu, polusi udara juga merugikan ekonomi dengan menurunkan produktivitas kerja, mengganggu pertanian, dan meningkatkan biaya kesehatan.

Salah satu kota yang paling terdampak oleh polusi udara adalah Jakarta, ibu kota Indonesia. Jakarta adalah salah satu kota terpadat di dunia dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa.

Jakarta juga merupakan pusat ekonomi, politik, dan budaya Indonesia. Namun, Jakarta juga merupakan salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Menurut data IQAir AirVisual, Jakarta berada di peringkat ke-12 dari 100 kota dengan polusi udara tertinggi pada tahun 2020.

Penyebab utama polusi udara di Jakarta adalah transportasi dan industri manufaktur. Transportasi menyumbang sekitar 60 persen dari emisi gas rumah kaca di Jakarta. Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi.

Pada tahun 2019, terdapat sekitar 18 juta kendaraan bermotor di Jakarta, yang sebagian besar adalah sepeda motor. Kendaraan bermotor ini menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, dan partikel halus yang berbahaya bagi kesehatan. Industri manufaktur menyumbang sekitar 20 persen dari emisi gas rumah kaca di Jakarta.

Industri manufaktur ini menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas untuk menghasilkan listrik, panas, dan produk-produk industri. Bahan bakar fosil ini menghasilkan emisi sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan partikel halus yang berbahaya bagi kesehatan.

Polusi udara di Jakarta telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi penduduknya. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Greenpeace dan CREA pada tahun 2018, polusi udara di Jakarta menyebabkan sekitar 3.700 kematian dini setiap tahun.

Polusi udara juga menyebabkan penurunan harapan hidup sekitar 2,3 tahun. Selain itu, polusi udara juga menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp 47 triliun setiap tahun akibat penurunan produktivitas kerja, biaya kesehatan, dan kerusakan lingkungan.

Mengingat dampak polusi udara yang begitu besar bagi kesehatan dan kesejahteraan penduduk Jakarta, sudah seharusnya pemerintah bertindak tegas untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, sayangnya, pemerintah belum memiliki kebijakan yang jelas dan tegas untuk mengatasi polusi udara di Jakarta.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menyusun Grand Design Pengendalian Pencemaran Udara (GDPPU) yang berisi rencana aksi dengan target pengurangan polusi udara pada tahun 2030. Namun, GDPPU ini masih belum diimplementasikan secara penuh dan efektif.

Beberapa langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta antara lain adalah menerapkan sistem ganjil-genap untuk kendaraan bermotor, mengembangkan transportasi publik seperti MRT dan LRT, dan melakukan penghijauan kota. Namun, langkah-langkah ini masih belum cukup untuk mengurangi polusi udara secara signifikan.

Di sisi lain, China telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengatasi polusi udara dengan cara-cara yang kontroversial tetapi efektif. China berhasil mengurangi polusi udara sebesar 40 persen dalam kurun waktu tujuh tahun, sejak tahun 2013 hingga 2020.

Ini adalah penurunan polusi udara tertinggi di suatu negara dalam waktu yang singkat. China melakukannya dengan mengambil langkah-langkah radikal, seperti mengurangi penggunaan batu bara, meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan nuklir, menerapkan standar emisi yang ketat, dan melakukan inspeksi lingkungan yang ketat.

Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa negaranya akan menargetkan emisi karbon mencapai puncaknya sebelum 2030 dan netralitas karbon pada 2060.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh China untuk mengatasi polusi udara tidaklah mudah dan tidaklah populer. China harus mengorbankan pertumbuhan ekonominya yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil.

China juga harus menghadapi tantangan sosial dan politik akibat perubahan struktur ekonomi dan energi. China juga harus berani menegakkan hukum lingkungan dengan tegas dan tanpa kompromi. Namun, China berhasil melakukannya karena memiliki pemimpin yang jahat tetapi membela rakyat.

Pemimpin yang jahat adalah pemimpin yang berani membuat keputusan-keputusan sulit yang tidak disukai oleh banyak orang tetapi bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Pemimpin yang membela rakyat adalah pemimpin yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya. Pemimpin yang membela rakyat adalah pemimpin yang berani mengambil risiko dan menghadapi kritik demi mencapai tujuan yang mulia.

Pemimpin yang membela rakyat adalah pemimpin yang bertanggung jawab dan transparan dalam setiap tindakannya. Pemimpin yang jahat tetapi membela rakyat adalah pemimpin yang ideal untuk mengatasi polusi udara di Jakarta.

Indonesia membutuhkan pemimpin seperti itu. Pemimpin yang berani mengubah paradigma pembangunan yang selama ini mengorbankan lingkungan. Pemimpin yang berani mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi bersih dan terbarukan.

Pemimpin yang berani menerapkan standar emisi yang ketat dan melakukan penegakan hukum lingkungan yang tegas. Pemimpin yang berani menginvestasikan dana dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas transportasi publik dan penghijauan kota. Pemimpin yang berani mengedukasi dan mengajak partisipasi masyarakat untuk peduli dengan lingkungan.

Pemimpin seperti itu mungkin terlihat jahat di mata sebagian orang. Mungkin ada orang-orang yang tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpin tersebut. Mungkin ada orang-orang yang merasa dirugikan atau terancam oleh perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.

Mungkin ada orang-orang yang mencoba menentang atau menggagalkan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Namun, pemimpin seperti itu tetap bertahan dan berjuang untuk kepentingan rakyatnya.

Pemimpin seperti itu mungkin tidak populer atau disukai oleh banyak orang. Namun, pemimpin seperti itu pasti dihormati dan diakui oleh dunia. Pemimpin seperti itu pasti memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kemanusiaan. Pemimpin seperti itu pasti membuat Jakarta menjadi kota yang lebih sehat, lebih hijau, dan lebih sejahtera.

Kita membutuhkan pemimpin jahat yang membela rakyat untuk mengatasi polusi udara Jakarta. Kita membutuhkan pemimpin seperti Xi Jinping.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article