jfid – Berbicara tentang Indonesia, sebuah negara yang katanya berdaulat dan menghormati Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945. Negara dengan pemerintahan yang mengaku demokratis dan begitu bangga dengan sistem presidensialnya yang seolah memilih pemimpin langsung dari rakyat. Sungguh menarik bukan? Tetapi, beberapa isu menarik pun muncul baru-baru ini, yang sepertinya membuat kita berpikir ulang.
Pertama-tama, siapa sih yang membayangkan Indonesia tanpa China? Betapa menariknya melihat bahwa utang luar negeri Indonesia terhadap China sudah melambung tinggi, bahkan lebih tinggi dari angka balapan F1! Dengan jumlah fantastis mencapai USD 17,8 miliar, sepertinya kita memang benar-benar menaruh hati pada China yang begitu murah hati memberikan pinjaman. Tapi jangan khawatir, karena utang ini pasti bisa kita bayar dengan kerja keras dan semangat pancasila, atau mungkin dengan jualan rendang ke China.
Lalu, bukankah mengagumkan melihat bagaimana China benar-benar ‘menghantui’ sektor-sektor strategis kita? Dari energi hingga telekomunikasi, semuanya begitu mengkilap berkat sentuhan ajaib dari China. PLTU Batang Toru di Sumatera Utara, misalnya, jelas menunjukkan betapa kita benar-benar mencintai China dalam menyediakan listrik yang begitu bersinar. Dan tentu saja, siapa yang butuh keamanan dan pertahanan sendiri? Kita memiliki China untuk semua itu, bahkan hingga rencana membeli pesawat tempur yang pastinya akan membawa perasaan aman dan damai.
Oh, jangan lupa juga Laut China Selatan yang jadi perbincangan. Bagaimana kita bisa lupa klaim China yang tiba-tiba muncul seperti tuyul di malam hari? Mereka mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, bukan karena alasan hukum internasional, tapi mungkin lebih karena alasan ‘sepintas lalu’. Tapi tenang saja, kita cuma punya hak protes sejauh ini, tanpa perlu tindakan tegas apa pun. Klaim kita hanya sebatas omelan diplomatik, sambil mengibarkan bendera sambil berjingkrak-jingkrak di Kepulauan Natuna.
Sekarang pertanyaannya, apakah pemerintah kita bisa mempertahankan martabat dan kedaulatan kita di tengah ‘kekayaan’ China? Jawabannya mungkin lebih mendekati “Iya, boleh sih, asal nggak gangguin China terlalu jauh”. Pemerintah Indonesia tampaknya lebih tertarik dengan investasi China daripada mengganggu hubungan harmonis kita dengan mereka. Apakah itu masalah? Tentu tidak! Setelah semua, kita adalah negara besar dengan ekonomi yang begitu menggiurkan, dan kita memang bisa ‘diikat’ oleh beberapa juta dolar saja.
Jadi, mari kita jalani hidup ini dengan ‘Xijinping Power’ yang begitu memukau. Kita ini memang Indonesia, tapi kok rasanya ada nuansa China yang begitu kuat? Bukankah hal ini lebih menarik daripada merasa berdaulat secara penuh? Kita ini mungkin tak bisa jadi China, tapi setidaknya kita bisa menjadi sahabat terbaik mereka. Sambil tetap mengibarkan bendera merah putih, sambil menjual hasil bumi kepada mereka yang kita cintai begitu dalam. Kita ini Indonesia, dengan ‘Xijinping Power’ yang tak tergantikan. Selamat menikmati perjalanan yang tak terlupakan!