jfid – Indra Wahyudi, yang seringkali dijuluki AHY nya Madura. Adalah seorang politikus yang terbilang muda. Diusianya yang muda, ia menunjukkan kematangan dalam kancah perpolitikan. Dua periode duduk di DPRD Sumenep.
Rekam jejaknya terbilang mulus. Pada pemilu legislatif 2014 mendapatkan suara 7.304, sedangkan pada Pemilu tahun 2019, meraup suara penuh 10.281 (suara tertinggi). Ujiannya sebagai pemimpin, tak bisa diragukan. Posisi strategis, sebagai wakil ketua DPRD Sumenep dan Sekertaris DPC Partai Demokrat. Menunjukkan, jika dirinya adalah aset tak terbantahkan partai Demokrat.
Indra Wahyudi, diperbincangkan oleh banyak kalangan, jika kelak akan menjadi Bupati Sumenep. Bagi penulis, sosok Indra Wahyudi melampaui dari apa yang disebut Bupati atau ketua DPC sekalipun.
Indra (sapaan lekatnya) sebagai Politikus, memiliki pandangan dan wawasan yang jauh ke depan. Penulis mengenalnya sebagai kader Ideologis partai Demokrat. Dan dirinya adalah satu dari inisiator penentang KLB dan Kudeta Demokrat.
Indra Wahyudi tak salah, jika dijuluki AHY nya Madura. Pertama; karena Indra Wahyudi dan Agus Harimurti Yudhoyono, sama-sama muda dan harapan bangsa juga memiliki gagasan besar untuk Indonesia.
Saya teringat, pada ucapan Indra Wahyudi, jika dirinya sangat kagum pada Agus Harimurti Yudhoyono. Tak heran, jika gagasan-gagasannya soal politik, laku dikalangan muda Sumenep.
Jika survei partai Demokrat rangking 3 secara nasional. Di Sumenep, mungkin lebih dari itu. Elektabilatas Demokrat Sumenep, ibarat dua sisi coin dengan figur Indra Wahyudi.
Ketokohan Indra Wahyudi melampaui dapil bahkan teritorinya memimpin. Selain dikenal AHY nya Madura, ia juga disebut-sebut politikus Pantura (Pantai Utara Sumenep-Pamekasan).
Das Sein Das Sollen, itulah pergulatan paradigma politik Indra Wahyudi dalam menghadapi keadaan nyata dan sebuah cita-cita. Ia selalu bicara lantang dalam kenyataan untuk kepentingan publik daripada cita-cita pribadinya.
Wajar, jika seorang KH Azimul Fuadi menjemput formulir ke DPC Demokrat untuk mendaftarkan Indra Wahyudi di Pilkada Desember 2020. Namun, Indra menolaknya.
Partai yang tidak berazas islam dan tumbuh berkembang di wilayah santri, sebagaimana suara 10 ribu lebih rakyat menaruh harapan pada Indra Wahyudi. Apa yang kurang dari Indra Wahyudi? Setiap orang, pasti bingung menjawabnya.
Seorang pengamat berkata, “jika partai politik tak menggaet kalangan milenial, maka, bersiaplah untuk ambruk,” sungguh beruntung, nasib DPC Partai Demokrat Sumenep. Karena Indra Wahyudi sebagai katalisator milenial berpolitik.