Houthi: Serangan AS-Inggris di Yaman Adalah Kebodohan Terbesar dalam Sejarah

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read

jfid – Sanaa – Kelompok Houthi di Yaman mengecam serangan militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap wilayah yang mereka kuasai.

Seorang pejabat senior Houthi menyebut kedua negara Barat itu akan menyesal menyerang Yaman dan menganggap tindakan mereka sebagai “kebodohan terbesar dalam sejarah mereka”.

Serangan AS dan Inggris terhadap Houthi di Yaman merupakan respons atas serangan-serangan yang dilancarkan oleh kelompok pemberontak tersebut terhadap kapal-kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kalinya.

Serangan-serangan itu diklaim oleh Houthi sebagai bentuk dukungan mereka terhadap rakyat Palestina yang sedang berperang melawan Israel di Gaza.

Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa serangan militer yang ia perintahkan bersama dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, didukung oleh sejumlah negara lain, seperti Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda.

Biden menyebut serangan-serangan Houthi telah membahayakan personel AS, pelaut sipil, dan mitra mereka, serta mengancam kebebasan bernavigasi.

Namun, Houthi tidak gentar dengan serangan AS dan Inggris. Mohammed al-Bukhaiti, seorang pejabat senior Houthi, mengeluarkan pernyataan berbahasa Inggris melalui media sosial X, yang dikutip oleh Al Jazeera.

Dalam pernyataannya, al-Bukhaiti mengatakan bahwa AS dan Inggris telah melakukan kesalahan dalam melancarkan perang terhadap Yaman karena mereka tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya.

“Tidak ada keraguan bahwa Amerika dan Inggris saat ini menyesali kebodohan mereka sebelumnya, dan mereka akan segera menyadari bahwa agresi langsung terhadap Yaman adalah kebodohan terbesar dalam sejarah mereka,” kata al-Bukhaiti.

Al-Bukhaiti juga menyebut perang saat ini sedang berlangsung antara “para pendukung genosida di Gaza”, diduga merujuk pada AS dan Israel, dan pihak-pihak yang menentangnya.

“Saat ini, masyarakat dunia sedang menyaksikan dengan penuh ketertarikan sebuah perang unik di mana tidak mungkin ada kesalahan dalam mengidentifikasi siapa yang benar dan siapa yang salah,” ujarnya.

Sementara itu, pemerintah Iran, yang dituduh mendukung Houthi secara militer dan finansial, juga mengutuk serangan AS dan Inggris terhadap Yaman sebagai tindakan “sewenang-wenang”.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan bahwa serangan tersebut melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia, serta memperparah krisis kemanusiaan di Yaman.

“Serangan ini menunjukkan ketidakpedulian AS dan Inggris terhadap nyawa dan penderitaan rakyat Yaman yang telah menjadi korban agresi dan blokade brutal oleh koalisi Saudi selama lebih dari enam tahun,” kata Khatibzadeh.

Konflik di Yaman telah berlangsung sejak tahun 2014, ketika Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dan menguasai sebagian besar wilayah barat, termasuk ibu kota Sanaa.

Sejak tahun 2015, koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh AS dan Inggris telah melakukan serangan udara dan darat untuk mengembalikan pemerintah yang sah dan menghentikan pengaruh Iran di Yaman.

Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang mengalami kelaparan, penyakit, dan pengungsian.

Upaya perdamaian yang diprakarsai oleh PBB dan negara-negara lain belum berhasil mengakhiri konflik tersebut.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article