Hamas, Pahlawan atau Penjahat, ini Kata Erdogan

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
5 Min Read
Pidato Emosional Erdogan Di Pertemuan Palestina Agung: Dunia Lebih Besar Dari Lima
Pidato Emosional Erdogan Di Pertemuan Palestina Agung: Dunia Lebih Besar Dari Lima

jfid – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengejutkan dunia dengan menyatakan bahwa Hamas, kelompok militan Palestina yang bertanggung jawab atas serangan brutal di Israel pada 7 Oktober lalu, bukanlah organisasi teroris melainkan kelompok pembebasan yang berjuang untuk melindungi tanah dan rakyat Palestina  .

Pernyataan ini merupakan perubahan sikap yang drastis dari Erdogan, yang sebelumnya mengutuk kematian sipil akibat serangan Hamas dan mendesak pasukan Israel untuk bertindak dengan hati-hati dalam menanggapi serangan tersebut.

Erdogan mengumumkan pernyataannya ini dalam pidato di hadapan anggota partai berkuasanya, AKP, di parlemen Turki pada hari Rabu, 25 Oktober 2023. Ia juga mengumumkan bahwa kunjungannya ke Israel yang direncanakan sebelumnya telah dibatalkan.

“Hamas bukan organisasi teroris, melainkan kelompok pembebasan, ‘mujahidin’ yang berperang untuk melindungi tanah dan rakyatnya,” kata Erdogan, menggunakan kata Arab yang berarti mereka yang berjuang untuk agamanya.

Ad image

Tidak seperti banyak sekutu NATO dan Uni Eropa, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris dan menampung anggota kelompok tersebut di wilayahnya. Ankara mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Erdogan juga mengecam kekuatan Barat yang mendukung pemboman Israel di Gaza dan meminta gencatan senjata segera, masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza, dan kerja sama negara-negara Muslim untuk menghentikan kekerasan.

“Pelaku pembantaian dan penghancuran yang terjadi di Gaza adalah mereka yang memberikan dukungan tak terbatas untuk Israel,” kata Erdogan. “Serangan Israel di Gaza, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi mereka yang mendukungnya, sama dengan pembunuhan dan penyakit mental.” Sejak 7 Oktober, militer Israel telah melancarkan serangan tanpa henti dan blokade total di wilayah Palestina, menewaskan setidaknya 5.087 orang, termasuk 2.055 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Erdogan juga menawarkan perlindungan bagi para akademisi, mahasiswa, dan orang lain yang disensor dan dibungkam oleh Barat karena sikap mereka yang membela Palestina. “Pintu Turki terbuka lebar untuk setiap mahasiswa atau orang lain karena posisi terhormat mereka [berdiri untuk Palestina],” katanya. Pernyataan Erdogan ini menuai reaksi beragam dari dunia internasional.

Beberapa negara mengkritik sikapnya yang pro-Hamas dan mengkhawatirkan dampaknya terhadap proses perdamaian di Timur Tengah. Sementara itu, beberapa negara lain menyambut baik sikapnya yang pro-Palestina dan mengharapkan peran aktif Turki dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Hamas sendiri adalah organisasi Islamis dengan sayap militer. Kata “Hamas” sendiri adalah singkatan dari “Harakat Al-Muqawama Al-Islamiyya” – bahasa Arab untuk Gerakan Perlawanan Islam. Kelompok ini, seperti kebanyakan faksi dan partai politik Palestina lainnya, bersikeras bahwa Israel adalah kekuatan pendudukan dan bahwa mereka mencoba membebaskan wilayah Palestina.

Kelompok ini selama bertahun-tahun mengklaim banyak serangan terhadap Israel dan telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel.

Serangan-serangan pada 7 Oktober lalu merupakan serangan paling kejam yang pernah dilakukan oleh Hamas, menyebabkan kematian lebih dari 1.400 orang di selatan Israel. Hamas juga menyandera lebih dari 200 orang dan membawa mereka ke Gaza.

Israel menanggapi serangan tersebut dengan melakukan pemboman besar-besaran di Gaza, yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan besar di sisi Palestina.

Pertempuran antara Israel dan Hamas telah memicu krisis kemanusiaan, diplomatik, dan ekonomi di kawasan tersebut, serta meningkatkan ketegangan antara negara-negara yang mendukung salah satu pihak.

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah Hamas benar-benar kelompok pembebasan yang berhak mendapatkan dukungan dari negara-negara Muslim seperti Turki? Ataukah Hamas adalah organisasi teroris yang harus diisolasi dan ditindak oleh komunitas internasional?

Apakah pernyataan Erdogan akan membantu atau menghambat upaya perdamaian di Timur Tengah? Dan bagaimana nasib rakyat Palestina dan Israel yang terjebak dalam konflik yang tampaknya tidak ada ujungnya?

Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak mudah ditemukan, tetapi yang pasti adalah bahwa konflik Israel-Palestina membutuhkan solusi segera dan adil bagi semua pihak yang terlibat.

TAGGED:
Share This Article