Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)
Festival Kuliner Non-Halal di Solo Antara Protes dan Pembukaan Kembali (Ilustrasi)

jfid – Festival Kuliner Non-Halal di Solo, yang digelar di Solo Paragon Mall, kembali mencuri perhatian publik setelah sempat dihentikan karena protes dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas).

Acara yang berlangsung dari 3 hingga 7 Juli 2024 ini memamerkan berbagai hidangan non-halal dari berbagai daerah di Indonesia, melibatkan 34 peserta kuliner. Meskipun dihentikan sementara, festival ini kembali dibuka dengan berbagai penyesuaian.

Kronologi Kejadian

Pada awal Juli 2024, Festival Kuliner Pecinan Nusantara yang diadakan di Solo Paragon Mall menghadapi protes dari beberapa ormas yang mempersoalkan penyelenggaraan kuliner non-halal di tempat publik.

Ormas tersebut mengajukan keberatan atas dasar sensitivitas budaya dan agama. Akibat protes ini, festival tersebut sempat dihentikan sementara untuk menghindari eskalasi situasi.

Pembukaan Kembali

Setelah melalui berbagai diskusi dan mediasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintah kota dan panitia acara, festival kuliner tersebut akhirnya diizinkan untuk dibuka kembali.

Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menutupi area festival menggunakan kain hitam, sebagai upaya untuk menjaga kenyamanan dan mengurangi kontroversi di kalangan masyarakat yang lebih luas.

Detil Festival

Festival Kuliner Pecinan Nusantara di Solo Paragon Mall menawarkan berbagai hidangan khas dari seluruh Indonesia.

Beberapa tenant yang ikut serta antara lain Bakso Goreng Wong, Nasi Campur Kaifon Lie, Siomay Engkong, dan Sate Babi & Iga Bakar Awen.

Pengunjung juga bisa menikmati kuliner legendaris dari kota-kota seperti Medan, Surabaya, Pontianak, dan Manado. Festival ini menjadi momen penting bagi para pecinta kuliner untuk menikmati hidangan yang jarang ditemukan di satu tempat.

Proses Mediasi dan Solusi

Proses mediasi yang dilakukan antara panitia festival dan ormas yang memprotes melibatkan beberapa tokoh masyarakat dan pemerintah setempat.

Kesepakatan yang dicapai adalah tetap menggelar festival dengan beberapa modifikasi untuk menghormati kepekaan budaya dan agama di Solo.

Ini termasuk penyediaan informasi yang jelas mengenai jenis-jenis makanan yang dijual dan area khusus yang ditutupi agar tidak terlihat langsung oleh pengunjung yang tidak bermaksud untuk mengunjungi festival tersebut.

Reaksi Publik

Pembukaan kembali festival ini mendapatkan reaksi beragam dari masyarakat. Beberapa menyambut baik keputusan tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap keberagaman kuliner dan budaya di Indonesia.

Namun, ada juga yang tetap menyatakan keberatan dengan alasan etika dan sensitivitas sosial. Meskipun demikian, acara berjalan lancar tanpa insiden berarti hingga hari terakhir pelaksanaan.

Kesimpulan

Festival Kuliner Non-Halal di Solo Paragon Mall menunjukkan betapa pentingnya dialog dan mediasi dalam menyelesaikan konflik sosial di masyarakat.

Keputusan untuk membuka kembali festival dengan berbagai penyesuaian merupakan langkah untuk menjaga keseimbangan antara promosi keberagaman kuliner dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang kuliner, tetapi juga pelajaran berharga tentang toleransi dan kerjasama di tengah masyarakat yang majemuk.

Dengan ini, diharapkan ke depan setiap acara yang bersifat sensitif dapat dikelola dengan lebih bijak, memperhatikan berbagai aspek sosial dan budaya agar bisa diterima dengan baik oleh semua kalangan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article