Expedisi ke Pulau Masakambing, Ribuan Burung Kakatua yang Kini Tersisa 25 Ekor

Syahril Abdillah
5 Min Read
Tugu Kakatua adalah makam yang yang dibuat Daeng Usman sebagai bentuk penghormatan pada Kakatua (Foto: Redaksi)
Tugu Kakatua adalah makam yang yang dibuat Daeng Usman sebagai bentuk penghormatan pada Kakatua (Foto: Redaksi)

Sumenep, jurnalfaktual.id | Pulau Masakambing seluas 779 Hektare. Secara administratif adalah salah satu desa dari  Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sekitar tahun 1980 an populasi Cacatua Sulphurea Abbotti mencapai ribuan ekor.

Dulunya, Kakatua jambul kuning, satwa endemik yang habitatnya di Pulau Masakambing, berpopulasi mencapai ribuan ekor. Awalnya, oleh warga setempat dianggap sebagai hama. Pasalnya, satu hektare lahan yang ditanami jagung dan ketika segerombolan Kakatua hinggap, maka lenyaplah semua jagung yang ditanam warga.

Banyak pendatang yang memburu burung Kakatua Jambul kuning. Dan penduduk setempat, membiarkannya karena dianggap sebagai hama.

Lambat laun, satwa endemik, Kakatua berjenis Sulphurea Abbotti tersebut, diketahui sebagai burung langka di Dunia yang hanya hidup di pulau Masakambing. Mengetahui hal tersebut, warga tergugah untuk melestarikannya dan kala itu tersisa 5 ekor Burung.

Upaya menjaga kepunahan burung Kakatua, warga Masakambing tergugah. Bersama Balai Besar KSDA Jawa Timur, warga menjaga Kakatua jambul kuning tersebut untuk tidak ditangkap oleh orang.

Daeng Usman, pecinta, pemerhati, juga Masyarakat Mitra Polhut, menjelaskan pada jurnalfaktual.id, “jika Kakatua dulunya Ribuan ekor, namun karena tidak ada upaya melestarikan (dianggap hama) hingga tersisa 5 ekor. Minggu kemarin, menurut hasil pengamatan Balai Besar KSDA Jatim, Kakatua jambul kuning berkembang biak dan kini populasinya menjadi 25 Ekor,” Sabtu (16/11/2019).

Yang menarik dari burung Kakatua jambul kuning ini, hidup berdampingan dengan penduduk setempat. Kakatua hidup dan bersarang dipohon Magrove, pohon Kapuk, pohon Jati, dan pohon Kelapa.

Sumber Kehidupan Cacatua Sulphurea Abbotti

Kakatua jambul kuning yang populasinya 25 ekor tersebut, bergantung pada pohon mangrove dan pohon kelapa. Kelapa muda adalah sumber makanan burung langka tersebut. Pada pagi hari, burung-burung Kakatua hidup dan bermain dipohon Magrove untuk mencari makan, pada sore hari, burung-burung kembali dan tidur di pohon kelapa. Dan ada yang menetap dipohon Magrove.

Jika dulu burung Kakatua Jambul kuning dianggap sebagai hama, kini masyarakat setempat dengan senang hati (ikhlaskan) jika burung tersebut memakan buah kelapa muda milik warga.

Karena kehidupan Kakatua dipepohanan kelapa, warga tidak menebang pohon karena menjaga kehidupan burung-burung. Habitat satwa tersebut yang hidup di pulau dikelilingi laut, maka Kakatua hidup dan bergantung pada pertanian Kelapa milik warga.

Setiap tahun, Burung Kakatua Jambul kuning rata-rata bertelur 1 hingga 2. Perkembangan populasi Kakatua Jambul kuning bisa diproyeksi sangat produktif.

Darul Hasyim Fath, tokoh masyarakat Masalembu mengajak Pemerintah untuk berfikir tentang kehidupan Kakatua dan penduduk Masakambing. “Jika kini, populasi Kakatua 25 Ekor, bagaimana nanti jika mencapai ribuan ekor? Karena, masyarakat sangat bergantung pada penghasilan Tani Kelapa, ini perlu difikirkan, dan Pemerintah harus memberikan solusi,” tegasnya.

Mengingat sejarah satwa endemik Kakatua Sulfhurea Abbotti tersebut, pernah menjadi hama bagi pohon Kelapa, karena populasi nya mencapai ribuan.

Disisi lain, peneliti dari luar Negeri berdatangan ke Pulau Masakambing. Dari keterangan Daeng Usman, peneliti dari Swis, Belanda, Swedia, Kanada, Australia, Amerika dan lain-lain berdatangan.

Menembus Pulau Masakambing

Untuk menempuh Pulau Masakambing, dari Pelabuhan Kalianget dibutuhkan waktu sekitar 15 jam menempuh jalur laut. Jarak Pelabuhan Kalianget ke Pelabuhan Masalembu 128 Mil. Dibutuhkan waktu sekitar 12-13 jam untuk sampai ke pelabuhan Masalembu (tepat di Desa Masalima).

Dari pelabuhan Masalembu, wisatawan kembali menaiki perahu menuju pulau Masakambing. Dari pelabuhan Masalembu menuju pulau Masakambing dibutuhkan waktu 1-2 jam, jarak tempuh jalur laut.

Setelah perahu mendekati Dermaga, jika air laut surut, setidaknya, wisatawan turun ke laut berjalan kaki sekitar 400 meter menuju Dermaga. Perjalanan anda menjadi saksi sejarah, dan runcing ombak serta Kakatua yang eksotis memanggil para petualang.

Laporan: Deni Puja Pranata

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article