Empon Empon di Blitar Laris Manis, Sehari Laku 4 ton Temu Lawak

Herry Santoso
2 Min Read
Pedagang di Pasar Bantengan, salah satu pasar tradisional

Laporan : Herry Santoso

jfID -Dengan merebaknya Covid 19, bahan jamu tradisional tiba-tiba naik daun.

Di Pasar Pathok Sidorejo, misalnya, dijual laris manis empon empon kering/bungkus melesat jadi Rp 10.000,- yang awalnya cuma di kisaran Rp 5.000-an.

“Sehari kami bisa jual 200-500 bungkus, Pak, ” tutur Bu Mar (50) pada jurnalfaktual.id.

Ditengarai ada 5 pasar tradisional yang menjadi “pangkalan” empon-empon antara lain : Pasar Pathok (Ponggok), Pasar Bantengan (Wates), Pasar Sidomulyo (Selorejo), dan Pasar Lorejo (Bakung).

Bukan Eceran

Sayangnya, para petani di sentra empon-empon tersebut tidak menjual secara eceran.
“Kami jualnya kwintalan, Pak ! Untuk temu lawak dan kunir putih tertinggi, di sini saja sudah menyentuh Rp 1.100.000,- sekwintalnya. Padahal sebelum corona cuma 5.000.- – 6.000,- an/kilogram, dan semua dalam bentuk basah atau segar, ” imbuh Eko sebagai pengepul dari Pasar Bantengan pada jurnalfaktual.id.

Laki-laki paro baya yang sehari mampu memasok 5 ton lebih itu juga mengutuk keras pada “tukang timbun” yang tidak segera melempar ke pasar.

“Umumnya diproses dulu oleh penimbun, Pak. Diiris menggunakan mesin lalu diopen sebelum dipasarkan. Kalau beli kresek (keringan), mahal, Pak. Konon temulawak bisa 20.000,- sampai 25.000,- rupiah/kilo. Kan ringan ?” pungkas Lina (32) di Pasar Pathok mengakhiri perbincangan dengan jfID.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article